Bersama Ust Zaidul Akbar, Dompet Dhuafa Ajak Masyarakat Belajar Hidup Sehat Ala Rasulullah

JAKARTA — Biaya pengobatan kian semakin mahal, hingga muncul anekdot di masyarakat bahwa orang miskin dilarang sakit. Pasalnya, orang yang berharta berlimpah saja bisa terkuras habis karena sakit, apalagi dengan orang miskin. Beruntungnya, umat Islam memiliki teladan kesehatan dari pribadi Rasulullah. Tercatat, Rasulullah hanya mengalami 3 kali sakit dalam hidupnya. Melalui riwayat kesehariannya, para ahli menemukan resep bagaimana tetap sehat.

Sebagai lembaga filantrofi islam yang memiliki perhatian bagi kesehatan kaum dhuafa, Dompet Dhuafa berupaya mengajak masyarakat untuk turut menciptakan pola masyarakat hidup sehat serta bagaimana mengatasi persoalan-persoalan kesehatan para dhuafa. Melalui Webinar Wake Up Wakaf yang dilaksanakan secara daring pada software aplikasi zoom meeting, pada Rabu (17/11/2021). Webinar Wake Up Wakaf kali ini dipandu oleh Totok Hadi selaku Brand Activation Dompet Dhuafa yang bertema “Belajar Hidup Sehat Ala Rasulullah” dengan dua narasumber dr. Pradipta Suarsyaf selaku Direktur RS Lancang Kuning Dompet Dhuafa dan Ust. dr. Zaidul Akbar.

Mengenai pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa terhadap kaum kurang mampu, Dr. Pradipta menyampaikan bahwa RS Lancang Kuning sebagai salah satu RS Wakaf yang dikelola oleh Dompet Dhuafa, tidak hanya memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat umum yang ada di Pekan Baru, namun juga melayani para masyarakat dhuafa yang tidak memiliki biaya berobat. Hingga saat ini tercatat RS Lancang Kuning telah melayani lebih dari 2000 pasien dhuafa. Di lain sisi, Dompet Dhuafa telah memiliki 7 rumah sakit lainnya serta puluhan klinik yang sama-sama melayani pasien yang tidal mampu.

Ia kemudian menyeru, meski Dompet Dhuafa memiliki banyak rumah sakit dan klinik, namun segala bentuk tindakan dan pengelolaannya harus kembali kepada syariat islam. Ia menuturkan, sejatinya sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang menjadikan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

“Sesungguhnya al-Quran adalah penyembuh. Boleh Dompet Dhuafa memiliki banyak rumah sakit dan klinik-klinik, namun tetap saja kita perlu kembali pada syariat bahwa Rasulullah selalu sehat dan jarang sekali sakit. Sejatinya, sehat itu adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang menjadikan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis,” tuturnya.

Dr. Pradipta kemudian mengutip salah satu ayat al-Quran Surah Al-Isra:82, yang artinya, “Dan Kami turunkan al-Quran sebagai penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

“Tergambar jelas bahwasannya dalam al-Quran, kunci dari kesehatan itu adalah keadaan jiwa. Di RS Lancang Kuning kami memberikan layanan perawatan bagi pasien yang terindikasi oleh dokter spesialis mengalami gangguan kesehatan jiwa. RS Lancang Kuning menjadi salah satu dari 3 rumah sakit di Riau yang memiliki rawat inap jiwa. Tidak banyak memang RS di Indonesia yang memiliki pelayanan ini,” terangnya.

Dari segi spiritual dalam agama islam, obat jiwa di antaranya adalah dengan memperbanyak membaca al-Quran, salat termasuk salat-salat sunnah, saling bertemu dengan orang-orang yang sholeh, puasa, dan memperbanyak dzikir kepada Allah.

“Oleh itu, salah satu yang menjadi unggulan di RS Lancang Kuning adalah pelayanan kejiwaan,” lanjutnya.

Lebih spesifik, Ust. dr. Zaidul Akbar menjelaskan tentang Hidup Sehat Ala Rasulullah. Cara menjaga hidup sehat adalah dengan menjaga segala asupan pola makan yang sejatinya itu adalah merupakan bagian dari tuntunan Nabi sebagai syariat Islam. Konsep-konsep kesehatan yang islami di antaranya adalah dengan tidak hanya menyampaikan pola hidup berdasarkan penelitian, jurnal, atau lainnya. Melainkan juga dengan menyampaikan bahwa hal-hal tersebut adalah pola hidup Rasulullah yang harus diteladani. Maka, orang yang melakukan pola makan dan pola hidup sehat bukan hanya berdasar teori tapi juga karena mengikuti sunah-sunah Rasul.

“Kita perlu niatkan di rumah tangga kita untuk mengkonsumsi makanan-makanan asli, makanan-makanan alami yang tidak banyak bahan olahan, dan kurangi makanan-makanan instan,” serunya.

Sedangkan tentang dahsyatnya wakaf pada bidang kesehatan, ulama sekaligus seorang dokter lulusan Universitas Diponegoro tersebut mengisahkan pada zaman keemasan islam dahulu, yaitu di Andalusia, ada 2 golongan orang yang mendapatkan gaji paling besar. Yang pertama ahli ilmu dan kedua dokter. Menariknya rumah sakit-rumah sakit pada saat itu karena semuanya didanai dengan dana wakaf produktif, para dokternya sama sekali tidak memungut atau mendapatkan dana dari pasien, alias biaya berobat gratis. Padahal para dokter mendapatkan gaji yang sangat tinggi.

Tidak sampai di situ, pasien yang berobat di sana justru pulang dengan menerima uang yang setara dengan gaji yang mereka dapat di tempatnya bekerja.

Bicara tentang manusia sebagai sosok makhluk yang Allah ciptakan, manusia sejatinya memiliki 2 sisi, yaitu ruh yang ghoib dan raga yang nampak. Tentunya dari 2 sisi itu (ruh dan raga), memiliki sifat yang sangat berbeda. Untuk memberikan energi dan tenaga pada raga, maka yang perlu dilakukan adalah makan. Berbeda dengan ruh, justru cara menjaga ruh supaya kuat yaitu dengan memberikan makanan-makanan yang bukan fisik.

“Maka jika ingin ruh nya kuat, maka janganlah makan, artinya yaitu berpuasa,” tutur pakar ilmu kesehatan Islam tersebut.

Ia melanjutkan, “Yang kedua, bagaimana kita memberikan makan kepada ruh adalah dengan melakukan apa-apa yang disyariatkan oleh Islam. Hal ini akan memberikan ketenangan bagi ruh tersebut. Allah lah yang menurunkan sakinah (ketenangan) kepada ruh-ruh yang diciptakannya.”

Lebih rinci lagi, Ust. dr. Zaidul menguraikan, makanan lainnya selain berpuasa adalah dzikir, membaca al-Quran, salat, zakat, termasuk juga sedekah dan infaq. Hal-hal itu lah yang menjadi makanan bagi ruh. Sakinah (ketenangan) barulah dapat diperoleh oleh seseorang setelah melaksanakan syariat-syariat Islam yang diperintahkan oleh Allah.

Usai penyampaian penjelasan dari kedua narasumber di atas, para peserta webinar dengan antusias melontarkan berbagai pertanyaan sebagai bentuk keluhannya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dicantumkannya dalam kolom pesan yang ada salam software. Selain itu, beberapa peserta yang menyimak pada kanal youtube DDTV juga turut meninggalkan komentar-komentar pertanyaan.

Salah satu pertanyaan yang dirangkum oleh moderator datang dari Suwarsih. Kepada Dr. Pradipta, Suwarsih mengetik, “Dok, daerah saya banyak masyarakat dhuafa yang tidak dicover BPJS. Bagaimana mendapatkan pelayanan di RS Dompet Dhuafa?”

Dr. Pradipta kemudian menanggapi, “Masyarakat bisa melihat layanan-layanan kesehatan Dompet Dhuafa yang terdekat. Jika tidak ada, akan tetap diarahkan ke layanan kesehatan terdekat. Kamudian akan diproses sebagai yang berhak mendapatkan layanan sebagai asnaf Dompet Dhuafa. Syaratnya adalah dengan menghubungi kontak ceter Dompet Dhuafa, kemudian akan diadakan survei untuk memastikan bahwa dana amanah donatur sampai kepada penerima manfaat yang tepat sasaran yang memang berhak menerima.”

Antusiasme lainnya ditunjukkan oleh para peserta dengan mengutip kalimat-kalimat penting maupun inspiratif yang dituliskan pada kolom komentar youtube maupun kolom diskusi Zoom.

Riki Wirahmawan menulis: “Kebahagiaan raga itu ditentukan oleh rukh (iman) seseorang,” Ust. Zaidul Akbar.

SOCIAL ENTERPRISE SOBIS PAMMASE menulis: “Ada 2 golongan yang mendapat gaji paling besar: Ulama / Ahli Ilmu, dan dokter,” Ust. dr. Zaidul Akbar.

Sahabat-sahabat Dompet Dhuafa yang tidak sempat mengikuti webinar dari dr. Pradipta Suarsyaf dan Ust. dr. Zaidul Akbar, dapat menyaksikan tayangan ulang pada link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=_ynXKkI2-1Y (Dompet Dhuafa / Muthohar)