Bersamai Micro Library Bandung, Devih Mengabdi Hingga Akhir Hayat untuk Literasi Bangsa

Asa Atlet Sepak Bola, Hingga Patriot Literasi

BANDUNG — Innalillahi wainna ilaihi rojiun.. Kabar duka kembali menyelimuti Dompet Dhuafa pukul 22.00 WIB malam itu melalui pesan teks di beberapa grup lembaga. Ya, salah satu patriot literasi itu telah menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu, 13 Juni 2021, pukul 20.00 WIB.

Ialah Devih Desdian Dwi Hendra (27), seorang Fasilitator Program Micro Library (MicLib) Bima, Dompet Dhuafa Jawa Barat. Kang Devih (sapaan akrab beliau) bersama Dompet Dhuafa berupaya sadar akan pentingnya literasi untuk membangun bangsa, dan memiliki asa bisa membangun 9.999  Taman Baca Masyarakat (TBM) se-Jawa Barat dan berbagai wilayah di Indonesia.

“Sebetulnya cita-cita saya sedari dulu itu ingin menjadi pemain sepak bola. Saya fans sekali dengan Persib. Namun setelah penjajakan di sekolah dan perkuliahan, saya menyadari betapa pentingnya urusan literasi ini. Melalui Dompet Dhuafa, akhirnya saya ada di MicLib ini. Tapi saya gak tahu, apakah tahun depan masih bersama DD Jabar dan MicLib atau ada di jalur lain,” aku Kang Devih, bak firasat kala itu, ditemuinya oleh Tim Dompet Dhuafa Jakarta, Jum’at (2/4/2021).

“Harapan saya bisa membuat 9.999 TBM se-Jawa Barat. Tapi saya sadar gak bisa gerak sendiri, harus kolaborasi untuk mewujudkannya, dan masyarakat pun harus ikut peduli akan literasi demi generasi penerus,” pungkasnya.

Bukan tanpa sebab, hal itu didasari hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2019 yang menyatakan bahwa Indonesia berada di 10 negara terbawah dengan tingkat literasi rendah. Saat ini perjuangan Kang Devih telah “selesai”, namun tidak semangatnya yang meninggalkan jejak kebaikan pun tak lepas dari kebaikan para Donatur.

“Kang Devih, diskusi kita tentang Al Quds belum selesai, debat kita belum beres tentang KPK, cerita kita belum rampung tentang orba vs reformasi, bagaimana dengan rencana kita membuka 9.999 TBM se-Jawa Barat yang filosofinya kamu ambil dari asmaul husna? Katanya habis antigen mau diterusin lagi ngobrolnya?” kenang Andriansyah, Kepala Cabang Dompet Dhuafa Jawa Barat, melalui pesan teks, Senin (14/6/2021).

“Sejak ditinggal almarhum Kang Ega, motor kamu yang saya jadikan tebengan kalau ke Masjid belakang kantor ketika adzan baru berkumandang. Dan ritualnya selalu sama, kamu atau saya duluan yang memantik isu-isu kekinian untuk dijadikan bahan obrolan,” sebut Andri.

“Ini adalah foto bersama menjadi kenangan bersama almarhum Kang Devih dan Kang Ega di malam takbiran Idul Fitri kemarin. Semoga Alloh karuniakan husnul khotimah, keduanya ahli ibadah, sehari-harinya hati mereka terpaut di Masjid. Saya bersaksi keduanya Mu'min yang taat. Selamat jalan, Kang Devih,” ucap Andriansyah.

(Foto: Sanrok Studio)

Micro Library Bima Bandung

Micro Library Bima merupakan perpustakaan kecil warga yang dapat mengakomodasi kegiatan multifungsi, knowledge sharing, story telling, English club, bedah buku, belajar bahasa arab, hingga melukis sebagai upaya mengembangkan pendidikan bangsa dan kualitas sumberdaya manusia, dan acara lain yang bisa diadakan secara berkala. Memiliki luas area luas 160 m2, MicLib terletak di Taman Bima, Jl. Bima No. 103, Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Bandung. Dibuat oleh firma arsitektur SHAU Architecture & Urbanism secara partisipatif bersama Dompet Dhuafa, Pemerintah Kota Bandung, serta warga, MicLib dibuka dan beroperasi sejak Juli 2016.

Tak hanya itu, design tempat yang unik, membuat Miclib sering kali dijadikan rujukan penelitian mahasiswa arsitektur dari berbagai daerah. MicLib dibangun untuk mengatasi permasalahan tingkat iliterasi dan anak putus sekolah yang tinggi melalui kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di dalamnya, seperti kegiatan mengajar. Konsep desentralisasi yang dibawa Microlibrary Bima mendekatkan perpustakaan dengan masyarakat sehingga mampu meningkatkan budaya membaca. Perpustakaan ini menjadi purwarupa pertama dalam pembangunan perpustakaan kecil lainnya di Indonesia.

Micro Library Bima didesain sebagai perpustakaan yang ramah lingkungan. Dua ribu ember plastik es krim digunakan untuk menyusun fasad bangunan. Ember-ember ini berfungsi sebagai pencahayaan dan ventilasi alami. Di samping itu, ember-ember plastik ini disusun membentuk binary code berdasarkan permukaan ember yang berbeda, mengandung pesan Walikota Bandung, M. Ridwan Kamil, ketika diterjemahkan menjadi “Buku adalah Jendela Dunia”.

Sebelum pandemi melanda, lebih dari 2.000 orang tercatat mengunjungi perpustakaan ini dalam kurun waktu satu tahun. Namun karena ‘kondisi istimewa’ saat ini, beberapa kegiatan dibatasi, meski tetap bisa menerima kunjungan anak-anak yang ingin membaca dengan protokol ketat.

Untuk gerakan memajukan literasi bangsa di berbagai penjuru Indonesia, mari teruskan perjuangan ini dengan tetap mendukung dengan doa dan donasi terbaikmu. (Dompet Dhuafa / Dhika Prabowo / Dewi Susilawati)