DMC Hadirkan Disaster Virtual Reality Simulation pada Training Tanggap Bencana

BOGOR, JAWA BARAT — Mitra Pengelola Zakat dan Zona Layanan (MPZ & ZL) Dompet Dhuafa menggelar Training Tanggap Bencana (TTB) bagi para relawan lembaga-lembaga jaringan Dompet Dhuafa, khususnya yang berarea di kawasan Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Pelatihan tersebut berlangsung secara luring dan daring selama 6 (enam) hari pada tanggal 13-18 Desember 2021. Pada salah satu sesi luring yang berlokasi di Camp Hulu Cai Bogor pada Jumat (16-18/12/2021), Disaater Management Center menghadirkan simulasi virtual atau Disaster Virtual Reality Simulation untuk dijajal oleh para peserta TTB.

Disaster Virtual Reality Simulation menjadi salah satu media edukasi kebencanaan yang memadukan antara kecanggihan tekhnologi VR dalam upaya mitigasi bencana untuk menghasilkan pengalaman yang nyata dalam mitigasi bencana.

Fadel Muhammad dari Yayasan Quantum Sejahtera, salah satu peserta yang ikut melakukan simulasi bencana secara virtual. Ia mengatakan, pengalaman pada Disaster Virtual Reality Simulation sangatlah menarik. Usai mendapatkan berbagai materi tentang kebencanaan, bisa langsung diterapkan secara virtual pada simulator ini. Sebelum beranjak ke simulasi secara langsung, simulasi virtual menurutnya menjadi alternatif yang sangat baik.

“Dari Disaster Virtual Reality Simulation sangat menarik saya kira. Interaktif juga dari segi sistem kontrol gim-nya. Kita diajak untuk memilih melakukan langkah-langkah yang benar yang seharusnya dilakukan oleh penolong atau relawan. Kita juga bisa memilih sebagai penyintas, di mana kita arahkan untuk memilih langkah-langkah yang dilakukan ketika ada bencana,” ucapnya usai menjajal Disaster VR Simulation.

Bidang Ketangguhan Masyarakat Divisi Pengurangan Risiko Bencana, Desi Edian Sari menjelaskan, fungsi Disaster VR Simulation ini dapat dijadikan sebagai media edukasi untuk simulasi pelatihan bagi para calon relawan maupun khalayak umum. Pengalaman yang didapatkan oleh pengguna akan dirasakan seperti di dunia nyata (real world) melalui dunia maya (virtual) buatan. Pengalaman yang didapatkan pengguna pun bukan hanya dari indra penglihatan dan pendengaran saja, melainkan dari indra yang lain. Dengan begitu, pengguna akan merasa seolah-olah benar berada dalam kejadian nyata. Sebab kejadiannya dapat tersimulasikan secara persis ke dalam lingkungan maya.

“Adanya alat VR ini akan mempermudah para relawan dan calon relawan dalam melakukan simulasi pertolongan. Selain itu juga sebagai edukasi nagi masyarakat untuk upaya mitigasi bencana, sebab dalam simulasi ini ada juga mode sebagai penyintas saat terjadi bencana,” jelas Desi. (Dompet Dhuafa / Muthohar)