Elya Sang Barista Jalanan, Nafkahi Dua Anak dari Kopi Keliling Andalan (Bagian Dua)

Kerap Kehujanan, Hingga Harus Nebeng Wifi

DEPOK, JAWA BARAT — Elya tetap bahagia dan bersyukur. Meski hanya berjualan kopi keliling dengan penghasilan Rp 30-80 ribu perharinya, ia bahagia bisa selalu membersamai dengan anak-anaknya. Ada 2 hal yang kerap dikeluhkannya. Hujan dan razia petugas.

"Kendalanya paling karena hujan. Nggak tega saya kalau lihat anak-anak kehujanan. Kadang kalau pas lagi di jalan, kami susah cari tempat neduh. Sama kalau ada razia PKL. Tapi ya mau gimana lagi, pemasukan kami hanya dari situ. Saya bingung pindah jualan kemana. Alhamdulillah-nya petugasnya baik kok," ungkapnya.

Elya sangat berharap, kelak anak-anaknya memiliki kehidupan jauh lebih baik dari yang dirasakannya saat ini. Apapun keadaannya, ia harus tetap bisa menyekolahkan mereka. Bahkan tidak hanya itu, Dilan yang saat ini duduk di kelas 4 MI dan Soraya di kelas 2 SD, mereka juga aktif di kegiatan ekstra kurikuler yaitu seni bela diri asal Korea, Taekwondo, dan permainan alat musik gesek, biola.

Meski dengan biaya pas-pasan, bahkan mungkin kekurangan, Elya tetap bersyukur dan ingin selalu memberikan yang terbaik bagi putra dan putrinya.

"Sebelum pandemi biasanya dapat penghasilan Rp 60-80 ribu perhari. Bagaimanapun harus cukup buat sekolah, kursus, makan, dan disisihkan untuk kontrakan. Pas pandemi ini, jadi makin berkurang. Paling antara Rp 30-40 ribu aja. Pernah cuma laku satu gelas saja. Kalau dipikir sih mana cukup uang segitu untuk kebutuhan bertiga. Tapi saya mencoba untuk selalu bersyukur," ceritanya.

Baca Juga: http://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/Elya-Sang-Barista-Jalanan–Nafkahi-Dua-Anak-dari-Kopi-Keliling-Andalan–Bagian-Satu

Selain ketabahan dirinya dalam bersyukur, Elya juga menanamkan rasa besar syukur kepada kedua anaknya. Selama anak-anaknya ikut berdagang, Elya mengaku mereka tidak pernah rewel ataupun mengeluh. Ia selalu berupaya membuat senang dan gembira.

Hal lainnya yang menjadi kendala mereka saat pandemi ini adalah, sistem belajar daring yang masih saja belum berakhir. Sebagai orangtua tunggal dengan pendidikan seadanya, Elya merasa kesulitan dalam mengimbangi anak-anaknya belajar secara daring. Di samping itu ia harus berusaha lebih untuk menambah pembelian kuota internet. Tak jarang untuk belajar daring, Elya, Dilan, dan Soraya terpaksa harus menumpang wifi di emperan toko tempat ia biasa berdagang.

"Kalau ada tugas sekolah gitu, atau pas belajar online, dan lagi tidak ada kuota, kadang kita bawa juga buku-bukunya ke tempat biasa dagangan, trus nebeng wifi di sana. Alhamdulillah di salah satu toko, di samping tempat jualan ada yang bersedia ngasih akses wifi untuk anak-anak belajar. Baik banget orangnya," terang Elya. (Dompet Dhuafa / Foto & Penulis: Muthohar / Editor: Dhika Prabowo)