Hari Ibu dan Peran Ibu Sebagai Pengembang Budaya

DEPOK — Momentum Hari Ibu diperingati untuk kembali menelaah atas peran ibu dalam pembangunan peradaban manusia. Komitmen sanggar Suluk Nusantara Dompet Dhuafa dalam mengembangkan budaya melalui perempuan terus dikiprahkan dengan berbagai bentuk karya seni. Meski dunia dilanda pandemi, namun perempuan-perempuan Suluk Nusantara tak berkurang semangat untuk tetap meneruskan kekayaan budaya Tanah Air. Sanggar seni yang didominasi perempuan ini, pada salah satu hari latihannya, Kamis (23/12/2021) di Jl. Perumahan Depok Mulya 1 No. 80, RT 05/RW 04, Beji, Kota Depok, mencoba untuk mengaktualisasikan diri lebih tinggi lagi dengan turut memperingati Hari Ibu.

Ketua Suluk Nusantara, Iskandar Ismanadji, dalam sambutannya menyampaikan, meski di Suluk Nusantara ini mayoritas beranggotakan perempuan, namun itu lah justru yang menjadi nilai tambah pada sanggar budaya ini. Karena sejatinya yang memegang peran penting dalam kebudayaan adalah ibu atau perempuan.

“Saya ucapan selamat hari ibu kepada ibu-ibu di sini yang kami cintai. Di dalam kesempatan ini sekaligus memperingati hari ibu, kami mengambil tema 'Peranan Perempuan dalam Pengembangan Budaya'. Di dalam sanggar Suluk Nusantara ini, mayoritas, mungkin sekitar 80% anggotanya merupakan ibu-ibu. Semoga ini menjadi penyemangat bagi ibu-ibu anggota Suluk Nusantara untuk bisa lebih giat mengembangkan budaya,” ucap Iskandar.

Tentang sosok ibu, Inisiator dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa, Parni Hadi mengutarakan, ibu merupakan lambang kasih sayang. Ibu juga disebut sebagai sosok tuhan yang terlihat. Ibu juga lah yang berperan penting sebagai orang pertama yang mengenalkan budaya kepada anak-anaknya, juga sebagai cerminan rumah tangga.

“Ibu adalah lambang kasih sayang. Ibu adalah tuhan yang kelihatan. Tiada hari tanpa kasih sayang seorang ibu. Ibu adalah kasih sayang segalanya. Ini sejalan dengan sabda Rasulullah, 'siapa orang yang paling dihormati. Ibumu, ibumu, ibumu. Budaya adalah seluruh hasil cipta, rasa dan karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia. Ibu adalah orang pertama sebagai pengenal budaya,” jelas Parni.

Rumah tangga menjadi unit terkecil dari masyarakat sebagai wadah transformasi nilai budaya kepada anggota keluarga. Peran ibu dalam rumah tangga adalah menjadi seorang pewaris nilai-nilai budaya kepada anak. Sopan santun, adat bertingkah laku, adab bergaul, tata cara makan, dan seluruh aktivitas manusia merupakan hal yang diajarkan Ibu kepada anak-anaknya. Maka di dalam sebuah rumah pasti terjadi lah transfer kultur.

Ibu yang paling sering berkomunikasi dengan anak-anak dengan sadar atau tidak ia sedang menyalurkan adat dan budaya. Seorang anak akan selalu ingin meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya.

Ibu pembina suluk Nusantara Trusti Mulyono menyampaikan, hampir semua bentuk budaya yang berperan banyak adalah para wanita. Bukan hanya pada seni-seni budaya yang ditampilkan, tapi juga budaya sehari-hari adalah dari wanita. Menggeluti seni budaya dalam bidang tari sejak kecil, menjadikannya paham betul mengenai peran perempuan dalam pelestarian budaya tradisional. Ia sangat setuju, bahwa perempuan adalah orang pertama dan yang terpenting dalam menurunkan budaya kepada generasi-generasi bangsa.

“Tata cara makan, tata krama dan lainnya yang mengajarkan adalah ibu. Itulah peran perempuan atau ibu dalam budaya. Ibu adalah orang pertama yang mengajarkan budaya kepada anak-anaknya. Saya mau bicara tentang budaya tari khususnya jawa. Sekarang anak-anak muda semakin tidak tertarik dengan tari tradisional, padahal di luar negeri, ini begitu dan bahkan dipelajari oleh mereka di luar negeri,” terangnya.

Sejatinya, seorang anak akan meniru perilaku ibu, karena ibu adalah orang pertama yang dekat dan dikagumi oleh anak. Hal ini akan tercermin seperti dalam berbicara, berpakaian, bersikap, dan berperilaku sehari-hari seorang anak yang biasanya tidak jauh berbeda dengan orang-orang terdekat di rumahnya. (Dompet Dhuafa / Muthohar)