Jabar Berdaya dengan Kampung Rotan Majalengka Citarasa Eropa

MAJALENGKA, JAWA BARAT — Hampir 80% warga di Desa Leuwilaja, Kecamatan Sindangwangi, Majalengka, memiliki mata pencaharian sebagai penganyam rotan. Ya, sejak tahun 80-an, di daerah Kecamatan Sindangwangi merupakan sentra pengrajin rotan. Walaupun disana bukan daerah penghasil rotan, namun banyak pihak yang bergantung pada bisnis ini. Majalengka pun cukup dikenal karena rotan.

Dalam perjalanan waktu, generasi muda Desa Leuwilaja tidak lagi meneruskan kerajinan rotan yang pernah dirintis generasi terdahulunya. Sehingga banyak pabrik yang mengeluhkan kekurangan produksi. Alasan tersebut akhirnya mempertemukan Kang Onong (35) dengan Dompet Dhuafa Jawa Barat. Kang Onong merupakan salah satu generasi muda Leuwilaja, yang peduli untuk kembali melestarikan rotan yang pernah berjaya di desa mereka. Pun menjadikan anyaman rotan sebagai sumber perekonomian warga.

Maka, muncul inisiasi berupa program pemberdayaan ekonomi dari dana zakat Dompet Dhuafa. Dompet Dhuafa Jabar mengawali dengan menggelar pelatihan kepada 12 orang pengrajin, ditambah bantuan stimulan berupa 3 kuintal bahan baku rotan. Pada September 2019, terbentuklah program JANGKAR (Jabar Berdaya dengan Kampung Rotan), program pemberdayaan rotan Dompet Dhuafa Jawa Barat.

“Awal Penerima Manfaat ada 12 orang. Kini terbagi, 3 orang masih menganyam bersama-sama, lainnya ada yang sudah mendirikan kelompok-kelompok di tempatnya masing-masing mengajak penerima manfaat yang lain,” sebut Nuryana, Kepala Unit Program Dompet Dhuafa Cirebon.

“Tercapai rata-rata 3.000 pcs produk anyaman rotan dalam sebulan. Dengan ragam ukuran dari yang kecil, sedang, sampai paling besar. Saat ini tentu harapannya menjadikan rumah induk produksi juga menambah kelompok, agar bisa menambah hasil produksi dan penjualan. Beberapa kelompok sudah dimandirikan,” imbuh Nuryana.

Ditemuinya di sebuah rumah produksi JANGKAR Desa Leuwilaja, Kang Lili (22), Kang Arif (32), dan Kang Onong yang menunjukkan beberapa produk anyaman rotannya sembari sedikit berkisah. Ia mengaku, menganyam rotan sejak tahun 2009. Dan dengan hadirnya program JANGKAR Dompet Dhuafa Jawa Barat, banyak tenaga kerja yang terserap.

“Seperti Kang Lili misalnya, ia lulusan SMP yang sebelumnya sempat menganggur lama. Ia mengaku bersyukur diajak untuk menjadi penganyam rotan. Bulan lalu ia baru saja menikah. Kini, dalam sehari ia dapat memproduksi 20-30 unit keranjang rotan dengan pendapatan Rp500-700 ribu perminggu,” ungkap Kang Onong.

“Kehadiran JANGKAR, bagi kami bukan sekedar memiliki pendapatan utama atau tambahan saja. Namun pengembangan relasi, mindset terbuka, banyak relasi, teman-teman lebih senang. Dari situ saya punya misi terus mengembangkan. Meski sebatas coba-coba, mereka merasakannya nyata,” aku Kang Onong.

Ya, tak hanya Onong, Arif, dan Lili, yang merasakan berkahnya manfaat zakat, namun juga banyak ibu-ibu di Kecamatan Sindangwangi, Rajagaluh, juga Leuwimunding, yang secara tidak langsung terangkat ekonominya karena membantu proses produk rotan ini siap dijual.

Dan yang menakjubkan, ternyata produk-produk rotan yang dihasilkan Onong dan kawan-kawan, sebagian besar terserap oleh salah satu pabrik yang nantinya akan diekspor ke berbagai negara di Eropa, seperti Inggris, Jerman, dan terutama Belanda. Indonesia Bangga!

Sekali lagi, zakat menjadi bukti nyata dalam memberdayakan banyak masyarakat di Indonesia, Majalengka salah satunya. Tentu masih banyak daerah yang harus kita berdayakan, masih banyak kebaikan dengan manfaatnya meluas dan perlu keberanian urun tangan baik kita. (Dompet Dhuafa / Putri / Dhika Prabowo)