Memaknai Ibadah Haji dan Kurban (Bagian Tiga)

Ibadah Haji dan Kurban (Bagian 3)

Bagian 1 : Klik Disini

Bagian 2 : Klik Disini

 

Ibadah Haji dan Kurban: Aspek-aspek Ukhrawi (Keakhiratan) Dalam Ibadah Haji

Dalam ibadah haji ada analogi-analogi dengan perjalanan manusia ke akhirat, diantaranya ialah kebutuhan akan ampunan Allah, dan ibadah haji menjadi sebab diampunkannya dosa. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa orang berhaji kemudian ia tidak melakukan perbuatan keji serta kefasikan, maka ia kembali bersih (diampunkan) dari dosa-dosanya sebagaimana ketika ia dilahirkan ibunya”. (Mutafaq ‘Alaih).

Maghfirah (ampunan) adalah perkara yang sangat dibutuhkan oleh manusia ketika menempuh perjalanan akhirat, dan gerbang akhirat itu dimulai dari kematian. Dan Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita ketika menguburkan jenazah untuk memohonkan ampunan dan keteguhan kepada Allah “Istaghfiru Li Akhikum Was-alu Lahu Bit Tatsbit Fainnahul Aan Yus-al”. (HR. Abu Daud). Mohonkanlah ampunan dan keteguhan kepada Allah untuk saudaramu ini karena sebentar lagi ia akan ditanyai.

Ketika para calon hujjaj / haji meninggalkan rumahnya, ia harus meninggalkan dan berpisah dengan keluarga, sanak saudara dan orang-orang dekat yang dicintainya. Meninggalkan harta bendanya selain bekal yang diperlukan selama perjalanannya. Dan ia harus meninggalkan negri, kampung halaman dan tanah air dan kelahirannya untuk memenuhi panggilan Allah SWT menuju tanah suci. Peristiwa itulah yang akan terjadi ketika seseorang dipanggil oleh Allah SWT dengan kematian menuju tanah abadi (qubur).

Ketika sampai di miqat, para calon hujjaj harus menanggalkan semua pakaian luar dan dalam, baju kebesaran serta semua  atribut/pangkat duniawi. Ia harus berganti penutup jasadnya dengan pakaian yang diperkenankan yaitu dua helai kain ihram (satu helai disarungkan dan satu lagi diselendangkan di badannya). Inilah yang akan berlaku kepada setiap muslim ketika memulai perjalanan memasuki gerbang akhirat, yaitu kematian. Ia hanya akan dipakaian dengan tiga lembar kain kafan di jasadnya, sementara semua pakaian-pakaian duniawi tidak ada yang dibawa atau dipakai.

Wukuf di Arafah, Pengingat pada Perjalanan di Akhirat

Ketika tanggal 9 Dzul Hijjah, para hujjaj berkumpul melakukan wukuf di tanah lapang yaitu Arafah seraya mengumandangkan alunan-alunan do’a. Bermunajat kepada Allah, mengakui dan menyesali segala perbuatan dosa yang telah dilakukannya sambil mengharapkan ampunan  dan keridhaan Allah SWT. Sebagaimanapun kita pun kelak akan berkumpul di satu tempat pemberhentian yaitu makhsyar yang semua akan membutuhkan kepada syafaat, pertolongan, kemudahan dan rahmat-Nya.

Semua itu akan mengingatkan kita kepada kematian dan perjalanan akhirat, dengan demikian seseorang yang akan menunaikan ibadah haji. Diharapkan lebih menyadari dan memahami makna dari perjalanan yang akan dilakukan tersebut dengan sebaik-baiknya. Kemudian kesadaran tersebut diaplikasikan dalam kehidupannya sehari, baik secara individu, keluarga atau masyarakat secara umum. (Dompet Dhuafa / Ahmad Fauzi Qosim / Dhika Prabowo)

CTA Kurban Dompet Dhuafa