Pengakuan Garda Terakhir Covid-19, Maryanto: Antara Ketakutan dan Pelayanan

JAKARTA — Waktu menunjukan pukul 10:00 WIB ketika tim Disaster Management Center (DMC) mendatangi tempat pemakaman khusus Covid-19 yakni TPU Rorotan, Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Sabtu (07/08/2021). Suasana terik menghiasi wilayah perkarangan TPU Rorotan, yang serupa dengan kota mati tanpa kehidupan. Keluarga pengunjung hilir-berganti masuk dan keluar, lengkap dengan masker ganda serta handsanitizer yang senantiasa mereka keluarkan dari saku pakaian mereka.

Saat itu terlihat pula, petugas-petugas pemakaman sedang istirahat. Lantas tim DMC Dompet Dhuafa seusai meminta perizinan dan koordinasi, langsung menghampiri petugas pemakaman tersebut untuk memberikan bantuan makanan cepat saji bagi mereka, buah kolaborasi antara UMKM Pasar Santa dengan DMC Dompet Dhuafa. Adapun kelompok UMKM Pasar Santa tersebut terdiri dari Arka Coffee and Roastery, Lestari Ayam Kremez Gemez, Mangkuk, Restoran Sahabat Sejahtera, dan Black Cattle serta donatur perorangan dari keluarga Aditya Rachmanto.

Seusai melakukan simbolisasi penyerahan bantuan, terlihat raut wajah gembira dari masing-masing petugas pemakaman. Ada yang membuka pakaian Alat Pelindung Diri (APD), dan ada pula yang mengenakan setengah APD, hanya membuka bagian atasnya, membiarkan angin menyentuh wajah-wajahnya yang penuh keringat.

Maryanto (35) lelaki asal Semper Barat ini merupakan salah satu petugas pemakaman TPU Rorotan yang bertugas memakamkan jenazah yang datang. Meski ia baru menjadi petugas pemakaman selama 2 sampai 3 bulan, tetapi ia sudah menggeluti profesi petugas pemakaman selama 3 tahun.

“Agak lupa sebenarnya, tetapi sudah 3 tahun saya di TPU,” jelasnya.

Maryanto sadar akan profesi yang ia geluti, sebagai salah satu bagian garda terakhir dalam penanganan Covid-19 membuat kekhawatiran sendiri bagi Maryanto. Salah satu kekhawatiran itu persoalan kesehatan.

“Sejauh ini alhamdulillah tidak ada kendala, namun kalau boleh memilih, kesehatan tetap menjadi kekhawatiran saya. Terutama kesehatan keluarga,” pungkasnya.

“Jadi seusai melakukan jam tugas saya, saya langsung membersihkan diri atau steril. Sampai rumah pun saya membersihkan diri kembali. Dan alhamdulillah-nya keluarga dan saya masih sehat sampai sekarang,” tambahnya.

Diketahui sejak Sabtu (07/08/2021), jumlah makam sudah menyentuh 5.000 lebih. Ini sudah jauh berbeda dari sebelum-sebelumnya. Bahkan ada satu momen di mana, satu hari terdapat 233 jenazah yang masuk ke TPU Rorotan.

Maryanto sendiri biasanya berjaga di TPU Rorotan dari pukul 08:00 WIB hingga 18:00 WIB. Namun terkadang ia sendiri bisa berjaga hingga waktu malam lebih. Jika ada kebutuhan petugas untuk membantu pemakaman jenazah.

“Kadang malam kalau ada panggilan, saya akan langsung datang ke sini. Bantu teman-teman petugas lainnya,” ujarnya.

“Namun akan menjadi sulit ketika cuaca sedang mendung sampai hujan. Kalau sudah hujan, ambulan tidak bisa masuk. Paling kita bawakan dengan gerobak,” sambungnya.

Lalu diambilnya satu kotak makan yang berada di sisi pojok posko. Ia lepaskan APD yang ia kenakan dan membersihkan tangan-tangannya. Dan melahap dengan nikmat makanan tersebut hingga tidak tersisa apapun.

“Kalau dibilang takut, saya juga takut. Tapi kembali lagi, tugas harus dilayani dengan baik. Harus memberikan layanan optimal. Karena kalau bukan kita, siapa lagi?” tutupnya. (Dompet Dhuafa / Fajar)