Permintaan Tahu Meningkat, Sepenggal Semangat Pak Bukarsa di Masa Pandemi

SIARAN PERS, SITUBONDO, JAWA TIMUR — Usaha tahu ini dinamakan oleh Pak Bukarsa dengan sebutan 'Dua Putri Jaya'. Nama ini terinspirasi dari kedua putrinya. Bagi Pak Bukarsa, kedua anaknya merupakan anugerah terindah yang membuat Pak Bukarsa tetap semangat berusaha dan berdoa. Awalnya ia dibantu tiga pekerja, kini ada lebih dari 10 pekerja yang membantu Bukarsa dalam usaha ternak kambing dan pakan tahu. Selain dijual, hasil produksi tahu juga diberikan kepada para pekerjanya. Hal ini bagi Pak Bukarsa merupakan salah satu iktikad baik sebagai sesama orang baik yang sedang berjuang dengan usaha yang halal.

Bukarsa (38), pria asal Desa Juglangan, Kec. Panji, Kab. Situbondo, merupakan salah satu mitra program pemberdayaan Dompet Dhuafa Jawa Timur. Dia merupakan peternak sekaligus pengusaha tahu yang berbasis home industry.

Dia memulai usaha tahu ini semenjak dari tahun 2011. Sebelumnya lahan tempat berdirinya pabrik rumah tahu ini merupakan tanah peninggalan orang tuanya. Rencana awalnya tanah ini akan dijual. Namun Pak Bukarsa melihat bahwa potensi lain lewat tanah ini.

"Kalau dibilang, saya ini lebih condong sebagai pengusaha tahu ketimbang sebagai peternak. Karena untuk mengembangkan ternak yang bagus, diperlukan salah satunya pasokan pangan ternak yang bagus. Pasokan pangan itu ialah ampas tahu," jelasnya.

Di tahun awal-awal berdirinya, home industry ini mampu menghasilkan kurang lebih satu sampai dua kwintal tahu. Walaupun memang tidak selalu demikian. Mengingat waktu itu merupakan tahun awal-awal berdiri, artinya baik produksi dan pendapatan mengalami pasang surut.

"Namun di masa pandemi Covid-19 ini, Alhamdulillah, permintaan produksi tahu menjadi meningkat. Baik untuk produksi tahu mentah, tahu olahan (gorengan tahu), dan ampas tahu. Dalam sehari, kurang-lebih mampu menghasilkan empat kwintal tahu. Karena membeli tahu jauh lebih murah, lebih mudah dikonsumsi ketimbang, misalnya daging. Pasar masyarakat dibatasi. Pergerakan para pembeli dibatasi," aku Bukarsa (Minggu, 2/8/2020).

"Jadinya permintaan tahu jauh lebih meningkat. Ditambah saya bersama pekerja lainnya memang mengantarkan langsung ke masing-masing rumah pembeli. Biasanya saya taruh barangnya di depan rumah. Sambil mengabarkan kalau barangnya sudah diantarkan," tambahnya.

Tahun 2016 lalu, Pak Bukarsa mendapat bantuan ternak dengan sistem bagi hasil. Kemudian di tahun 2019 Pak Bukarsa mendapat bantuan kredit modal untuk pengembangan usaha home industry tahu tanpa bunga sebanyak Rp 30 juta, dan dikembalikan ke Dompet Dhuafa Cabang Jawa Timur secara mengangsur selama 24 bulan. Bantuan tersebut digunakan untuk memasang Ketel Uap (Steam Boiler) dan memperluas ruang produksi. Sehingga dengan demikian mampu memproduksi tahu lebih banyak.

"Saya salutnya, Dompet Dhuafa benar-benar memperdulikan masyarakat-masyarakat 'kecil' seperti saya dan kawan-kawan lainnya yang tergabung dalam kelompok ternak Kembeng Makmur. Sungguh saya benar-benar berterima kasih kepada Dompet Dhuafa dan para donaturnya," ungkap Bukarsa.

"Selain mendapatkan gaji. Mereka juga boleh mengambil sisa produksi ke rumahnya. Baik itu tahu, ampas tahu, ataupun olahan tahu," pungkasnya.

Memasuki tahun ke-9 (sembilan), Pak Bukarsa tetap optimis melanjutkan usaha tahu dan beternak. Terlebih di masa sulit seperti pandemi Covid-19 ini. Menurutnya di masa ini merupakan momen di mana semua masyarakat untuk saling bahu membahu bekerja sama agar bisa melewati masa sulit ini.

"Tetap semangat. Tetap jaga kesehatan. Terus berusaha dan jangan lupa berdoa kepada yang Maha Kuasa. Insyallah pasti akan ada jalannya," tutup Bukarsa optimis. (Dompet Dhuafa/Fajar)