Siomay Dagangan Yayat Ramai Berkat Borong Dagangan Donatur Dompet Dhuafa

JAKARTA SELATAN — Seorang pria 39 tahun berjalan menyusuri gang-gang jalan di kawasan Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Bongkahan kayu tua digenggam di tangan kirinya, bongkahan kayu lain di tangan kanannya. Sesekali, pria itu melakukan pukulan-pukulan kecil pada kayu-kayu yang terakit rapi di depannya. Di bawahnya, bayangan tubuhnya menyatu dengan bayangan-bayangan bersudut terlihat begitu kontras mengikuti setiap langkahnya. Tidak hanya itu, panas teriknya surya juga menggambar garis kontras di dahi dan lehernya.

Bahkan siang itu, Kamis (9/12/2021), ia sedang tak memiliki pakaian lengan panjang maupun jaket untuk sekadar menghalau sengatan radiasi si matahari. Beberapa orang berlalu melewatinya. Berharap seseorang menghampiri, pria itu menurunkan sanggahan gerobak siomay tepat di pertemuan 4 jalan. Beberapa menit berlangkah, tak ada yang singgah. Setengah jam berselang, belum ada yang kunjung datang.

Sejak beberapa hari yang lalu, Feby, tim Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa telah mengamati. Agaknya sepi memang orang-orang sudi membelanjakan uang. Situasi pandemi memang sangatlah membingungkan. Diajaklah Dewi, rekannya, untuk menjumpai pedagang siomay itu.

Layaknya pembeli, Feby dan Dewi membeli 2 porsi camilan asal cina tersebut. Sembari menyiapkan, pria itu mengaku bernama Jajat Sudrajat, seorang suami dan seorang ayah 2 anak asli Majalengka, Jawa Barat. Jajat atau Yayat merantau ke Jakarta sejak tahun 2003 untuk mencari nafkah dengan berdagang siomay. Pondok Pinang merupakan area ketiganya berdagang. Gerobak kayu dorong yang masih ia gunakan hingga saat ini pun merupakan gerobak sejak pertamanya sejak ia mulai mengadu nasib di kota metropolitan ini.

Sembari asyik berbincang, Feby mengamati, dandang gerobak Yayat masih penuh dengan isian siomay dan batagor. Sepertinya hanya dua atau tiga porsi saja yang sudah tersajikan. Padahal, Yayat keluar dari kontrakannya sejak pukul 10.00 untuk keliling menjajakan dagangannya.

Dua porsi siomay selesai disajikan. Feby mengambil keduanya, kemudian menukarnya dengan 10 lembar uang seratus-ribuan. Yayat terkejut. Ia menegaskan Feby hanya cukup membayar Rp20.000 untuk 2 porsi.

Feby membalas, “Hari ini, dagangan Pak Yayat diborong semua ya sama donatur Dompet Dhuafa. Mudah-mudahan uang segini ini cukup untuk membeli semua dagangan Pak Yayat hari ini”.

Mulanya tak percaya. Berkali-kali Yayat mencoba memastikan ia tak sedang berada di atas kasur, atau pun tikar kontrakannya. Berulang kali juga ia memastikan bahwa ini bukan lah penipuan.

“Ini beneran pak. Kan bapak juga tau saya, sering jumpa juga di sini,” ucap Feby meyakinkan Yayat.

“Alhamdulillah. Terima kasih Mas Feby, Mbak Dewi, Dompet Dhuafa, dan donatur. Hari ini tidak menyangka saya dapat sebanyak ini,” ucap Yayat.

Feby kembali menjelaskan bahwa ini yang memborong adalah donatur-donatur Dompet Dhuafa. Setelah ini, tim Dompet Dhuafa akan memasang banner bahwa dagangan Pak Yayat telah diborong. Kemudian Pak Yayat dipersilakan menyajikan siomay-siomay-nya untuk dinikmati secara gratis kepada para pelanggannya. Tentu porsinya disesuaikan dengan setiap pelanggan. Anak-anak supaya mendapatkan porsi anak, sedangkan yang dewasa atau orang tua supaya disajikan dengan porsi dewasa. Dengan begitu, diharapkan para pelanggan Pak Yayat menikmati siomay secara merata.

Sempat Yayat berucap bahwa nilai dagangannya hari ini tak sebanyak dengan uang yang ia terima. Namun Feby kemudian menjelaskan, jika memang lebih dari dagangan yang disajikan, maka itu adalah rezeki lebih yang didapat Yayat hari ini.

“Kalau lebih berarti itu rezeki bapak. Asal jangan kami yang kurang. Nanti malah bapaknya yang nombokin,” ucap Feby dengan nada canda.

Banner penanda dagangan diborong telah dipasang. Tak lama setelahnya, jalanan yang mulanya sepi, seketika ramai dengan para pelanggan. Para pelanggan pun mengaku senang dapat menikmati siomay gratis.

Hampir selama 2 jam Yayat sibuk melayani puluhan pelanggan. Siomay di dandangnya pun sudah kosong. Yayat dapat langsung pulang tanpa menunggu maghrib seperti yang dilakukan sehari-harinya.

Sebelum berpamitan, Yayat kembali mengulang pesannya kepada Dompet Dhuafa atas ucapan terima kasih kepada para donatur.

“Saya senang dapat membagi-bagikan dagangan saya kepada pelanggan. Mudah-mudahan para donatur Dompet Dhuafa selalu diberi kesehatan, dipanjangkan umur, dilapangkan rezeki, dan semoga amal baiknya tidak akan pernah putus,” ucapnya. (Dompet Dhuafa / Muthohar)