Solusi Ekonomi bagi Dhuafa: Libatkan Mereka Sebagai Pelaku Ekonomi, Bukan Lagi Penonton

JAKARTA — Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki berbagai keunggulan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, para pelakunya tak lepas dari permasalahan yang menghambat laju perkembangannya. Berbagai permasalahan permodalan hingga pemasaran menjadikan para pelaku UMKM sulit untuk berkembang dan bertransformasi. Mereka tidak sekadar membutuhkan modal tetapi juga konsultasi atau bimbingan usaha. Dompet Dhuafa sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) di Indonesia mengemban amanah dari para muzakki untuk mengatasi kemiskinan dengan dana zakat yang dapat dimanfaatkan sebagai modal usaha atau zakat produktif. Apa yang dikelola oleh Dompet Dhuafa tentu menjadi bagian penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Bergelut di bidang tersebut, Hendri Saparini, seorang ekonom senior yang juga Bendahara Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa, mengamati, saat ini membincangkan tentang ekonomi umat adalah menjadi suatu keharusan, terutama bagi lembaga-lembaga filantrofi Islam. Sebab, ekonomi skala kecil oleh umat ini sudah sudah melampaui 30% dari total ekonomi. Jadi, katanya, pada kesempatan silaturrahmi bersama Bazis Baznas DKI Jakarta, pada Kamis (30/9/2021), di Kantor Bazis Baznas DKI Jakarta.

“Jika kita ingin mendorong investasi dan kegiatan ekonomi sebagai sektor industri, sebenarnya kita sudah mendorong yang kecil ini. Tapi sayangnya sekarang ini masih dianggap sebagai sektor atau tempat untuk memberi saja. Ini yang menjadi tugas kita bahwa mereka sebenarnya adalah pasar sekaligus produsen. Maka Dompet Dhuafa sedang merancang suatu strategi yang betul-betul melibatkan mereka sebagai pelaku ekonomi, bukan lagi sebagai penonton,” sebutnya.

Maka, guna mewujudkan upaya tersebut, Dompet Dhuafa bersama Bazis Baznas DKI Jakarta merencanakan strategi-strategi khusus bagi para pelaku ekonomi kecil ini. Ia menjelaskan, alasan Dompet Dhuafa mengajak Bazis Baznas DKI Jakarta adalah karena Bazis Baznas DKI Jakarta berada di pusat perputaran ekonomi nasional. Menurutnya, akan sangat bagus bagi Dompet Dhuafa bersama Bazis Baznas DKI Jakarta untuk melakukan penetrasi ekonomi dimulai dari DKI Jakarta yang merupakan pusat kegiatan ekonomi nasional.

“Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, cakupan Dompet Dhuafa sebenarnya meliputi seluruh daerah di Indonesia. Namun memang sebagaimana pengamatan kami, di DKI Jakarta ini adalah pusatnya. Maka yang kami harapkan, kerja sama ini akan menjadi barometer bagi para pengelola zakat, infaq, sedekah, maupun wakaf dengan mengacu pada apa yang kita lakukan. Menurut saya, kerjasama ini menjadi tanggung jawab yang cukup penting karena tidak hanya dalam pengelolaan ekonomi di swasta maupun pemerintahan. Saya yakin dalam bidang pengelolaan kepentingan umat islam, ini juga akan menjadi barometer,” jelasnya.

Yang barang tentu pasti adalah bagaimana lembaga zakat tidak hanya mengatakan bahwa kekuatan ekonomi itu adalah potensi, melainkan juga bagaimana caranya untuk menjadikan potensi itu menjadi sesuatu yang riil. Ini yang menjadi tugas bersama untuk membuktikan bahwa yang kecil akan mampu menjadi kekuatan yang signifikan. Hal ini tidak hanya untuk mengentaskan kemiskinan, namun juga sebagai kekuatan ekonomi nasional.

“Kita sama-sama menghadapi informasi dan tranformasi baik dari lingkungan luar maupun lingkungan dalam yang memaksa kita semua untuk mencari inovasi. Saya rasa itu sudah terjadi di kita semua. Bukan karena akibat pandemi ini saja, melainkan karena perubahan berbagai hal yang memaksa kita harus lebih kreatif. Ini yang sedang diupayakan oleh Dompet Dhuafa untuk melakukan hal-hal yang sifatnya lebih inovatif dengan melakukan kolaborasi,” lanjutnya.

Itulah nanti yang akan Dompet Dhuafa lakukan bersama Bazis Baznas DKI Jakarta. Yaitu untuk membuktikan bahwa, apabila para pelaku ekonomi kecil bersatu maka akan menjadi sesuatu yang besar. Pada saat ini yang menjadi masalah bagi para pelaku ekonomi kecil belum mampu bersatu adalah karena tidak adanya pasar. Apabila mereka diberikan pasar, maka apa saja dapat mereka buat. Sebab, mereka ini sifatnya sangat fleksibel. Jadi, apabila ada yang menawarkan ke mereka butuh kantong yang jumlahnya 3 juta misalnya, maka mereka dapat merubah yang sebelumnya produksi baju, langsung ikut memproduksi kantong. Artinya, sebenarnya yang mereka butuhkan adalah pasar.

“Nah, bagaimana kita bisa menyediakan pasar itu adalah yang utama. Kemudian yang kedua adalah kita memperbaiki manajemennya, kualitasnya, cara marketing dan sebagainya. Ini bukan tugas yang mudah saya rasa. Kita harus mengubah mindset masyarakat, sehingga yang kecil-kecil ini tidak berada di jalur yang berbeda dengan jalur pembangunan. Kita sediakan kesempatan bagi yang kecil ini untuk membuktikan bahwa mereka bisa kompetitif dan produktif,” tutupnya. (Dompet Dhuafa / Muthohar)