Tanah Lelah Karena Pupuk Kimia Syntetis

MADIUN — Keresahan hadir dari Rumah Budaya di Rejosari, Madiun. Mengingat masalah terbesar di dunia pertanian. Banyak petani di Madiun saat ini, menilai lelahnya tanah yang terbebani tanggung jawab. Tetapi tidak dipelihara dengan baik. Dari Rejosari, Madiun, contohnya, nasibnya sama dengan yang dialami petani di desa-desa lain. Tanah sawah mereka mengalami degradasi (penurunan) kesuburan. Hal tersebut ditandai dengan beberapa hal:

1. Sudah tidak ada lagi belut

Petani sudah lama tidak menjumpai dan bisa merasakan lezatnya daging belut. Karena di sawah mereka tidak ada lagi belut yang biasa ditemukan di lumpur tanah persawahan.

2. Cacing sudah tidak ada lagi di sawah

Ketiadaan cacing, pertanda tanah sawah di Rejosari menuju kerusakan ekologi. Alam akan bereaksi sesuai apa adanya, bila ada yang mengganggu ekologi.

Untuk memahami ekologi, pada pelatihan pertanian sehat dipraktekkan dengan simulasi yang diperankan oleh para petani yang menjadi peserta. Dengan simulasi tersebut, diharapkan mereka bisa memahami dengan baik.

Dalam mempelajari ekologi, orang harus tahu apa saja yang menyebabkan hancurnya micro organisme. Penyebab hancurnya jasad renik (micro organisme) karena pupuk syntetis yang digunakan tanpa pendampingan aturan jelas. Ditambah lagi dengan ditumpahkannya insectisida dan herbisida ke tanah sawah tanpa pengawasan. Hal itulah yang menjadi sebab hancurnya kehidupan (biota) di tanah sawah dan putusnya rantai ekologi.

Kali ini, pada Jumat (13/12/2019) pagi, di hari kedua pelatihan pertanian organik terpadu, para petani sudah antusias hadir di Rumah Belajar Dompet Dhuafa (RBDD), di Rejosari, Madiun. Tidak hanya bapak-bapak saja, bahkan ibu-ibu juga turut hadir. Mereka tak sabar ingin mengikuti pelatihan lanjutan yang membawa solusi bagi Desa Rejosari. Dampak dan manfaat pelatihan dari LKP Lembah Kamuning Farm dan Dompet Dhuafa, di bawah bimbingan langsung ahlinya, Sudarmoko, sudah dirasakan. (Dompet Dhuafa/Rumah Budaya Dompet Dhuafa)