The Power of Santri, Sorai Hari Santri Nasional 2020 ala Dompet Dhuafa Sulsel

SIARAN PERS, SULAWESI SELATAN — Dompet Dhuafa Cabang Sulawesi Selatan menggelar webinar bertajuk ‘The Power of Santri’ bertepatan di Hari Santri Nasional 2020 yang jatuh pada Kamis (22/10/2020). Webinar inspiratif tersebut menghadirkan Ahmad Fuadi (Sastrawan dan Alumni Santri Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo), Fatchuri Rosidin (Direktur Institut Manajemen Zakat Dompet Dhuafa), serta penampilan tilawah merdu dari Masyita (Hafidz Cilik Indonesia) yang disiarkan langsung melalui Zoom Us dan kanal Youtube Dompet Dhuafa TV https://youtu.be/kdjFqSotcH0 pada pukul 09.00-11.30 WITA.

Jejak sejarah santri di Indonesia cukup kental, salah satunya adalah banyaknya tokoh pahlawan Indonesia yang merupakan didikan pesantren. Sebut saja Pangeran Diponegoro, Jendral Sudirman, Tuanku Imam Bonjol dan masih banyak lagi. Kesemuanya tokoh di atas memiliki ciri religius dan nasionalis sebagai salah satu ciri khas seorang santri.

“Selain memiliki ciri religius dan nasionalis mereka memiliki impian yang besar. Hal tersebut bisa dicapai dengan melakukan tiga langkah, yakni menuliskan impian, mengenali potensi diri, dan melejitkan potensi diri,” jelas Fatchuri.

Ya, dalam sesi tersebut, Fatchuri menjelaskan lebih jauh peran besar dari memiliki sebuah impian. Sebagaimana yang dikutipnya tentang penelitian kesuksesan seorang berdasarkan impian mereka yang dilakukan di Yale University (1969), menemukan sebanyak 83% mahasiswa tidak mempunyai impian. Kemudian 14% mahasiswa yang mempunyai impian dan memiliki kesuksesan tiga kali lipat dibandingkan yang tidak mempunyai impian. Lalu ada 3% mahasiswa yang mempunyai impian dan menuliskan impiannya dan memperoleh kesuksesan 10 kali lipat dibandingkan yang tidak mempunyai impian.

“Allah SWT menciptakan kita pasti mempunyai tujuan yang baik. Setiap insan makhluk hidup dititipkan tugas mulia di dunia. Itulah misi hidup (impian),” lanjut Fatchuri.

Kemudian Ahmad Faudi, pada sesi berikutnya berbagi pengalaman selama menjadi santri hingga menjadi seorang penulis seperti sekarang ini. Sedari kecil, ia bercita-cita untuk menjadi seperti almarhum B.J. Habibie yang membuat dia untuk menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas. Namun atas bujukan sang ibu, akhirnya ia memutuskan untuk menempuh pendidikan dalam dunia pesantren. Hingga ia melihat bahwa menjadi seorang santri juga bisa mempunyai impian besar yang mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat.

“Setelah mendapatkan beasiswa pendidikan di luar negeri. Saya sempat berpikir, mungkin saja saya santri pertama yang menjejaki kaki di tanah asing ini. Namun tidak lama, saya berkenalan dengan teman-teman Indonesia di sana yang ternyata juga alumni pesantren. Kemana mata memandang, kemana kita pergi, itu ada santri di mana-mana. Jadi siapa pun bisa ke mana saja kalau kita niatkan, usahakan, dan doakan. Karena santri itu merupakan sebuah paket lengkap yang bisa hidup dan merantau ke mana saja,” ungkap Fuadi.

Dalam acara itu, Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan bersama para donatur juga memberikan donasi wakaf sebesar Rp 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah) kepada Pesantren Tahfidz Raudhatul Huffaz Jeneponto Sulsel. Penyerahan donasi ini ditujukan agar mampu membantu pembangunan pesantren dan memberikan hunian yang jauh lebih baik bagi para santri di sana.

“Sebagai penutup, dunia santri, world view santri, melihat bahwa kita tidak hanya dituntut untuk memberikan kesenangan untuk diri kita sendiri. Tetapi, world view santri itu ialah memberikan kebermanfaatan bagi banyak orang. Baik kepada alam dan sekitarnya,maupun masyarakat umum. Inilah yang harus terus kita jaga,” tutup Fuadi.

Indonesia memiliki belasan juta santri yang punya potensi besar. Santri bukan hanya akan menjadi ustadz atau ustadzah saja nantinya. Namun mereka juga bisa akan menjadi orang-orang besar di negeri ini. (Dompet Dhuafa / Foto & Penulis: Fajar / Editor: Dhika Prabowo)