Tunjang Pendidikan Al-Quran Bagi Generasi Pandeglang

BANTEN — Guna menunjang pembelajaran dan melestarikan pendidikan kepada generasi penerus di Banten, Dompet Dhuafa terus-menerus berupaya menggulirkan bantuan sedekah Al-Quran ke berbagai pelosok daerah Banten. Pada Jum’at (8/9/2021), tim Dompet Dhuafa melakukan kunjungan bertemu santri-santri Al-Quran di Yayasan Hidayatul Mubtadiin, Kampung Cipeteuy, Ciseureuheun, Cigeulis, Pandeglang, Banten.

Sebanyak 80 eksemplar Al-Quran persembahan tangan-tangan baik donatur diserahkan oleh Dompet Dhuafa kepada Ketua Yayasan Hidayatul Mubtadiin, Pak Barnas. Donasi Al-Quran ini akan dimanfaatkan oleh para santri yang sedang belajar membaca dan mengaji Al-Quran di sana. Keceriaan serta semangat para santri, begitu juga para orangtua yang mengantar, terpapar begitu senang menyambut Al-Quran baru dari donatur Dompet Dhuafa.

Menurut Pak Barnas, Hidayatul Mubtadiin adalah yayasan untuk menghimpun anak-anak Kampung Cipeteuy dan sekitarnya, untuk belajar dan mengaji Al-Quran. Yayasan ini baru berdiri 2 (dua) tahun yang lalu dengan menggunakan dana seadanya, hasil patungan dari warga. Memang belum banyak fasilitas untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran. Padahal anak-anak di sana sangat semangat untuk belajar membaca dan mengaji Al-Quran. Oleh itu, Dompet Dhuafa hadir untuk membantu.

“Dulu anak-anak di sini kalau sore kegiatannya hanya main-main saja. Kemudian saya bersama warga lainnya melakukan inisiasi untuk membangun sebuah tempat pembelajaran Al-Quran. Alhamdulillah antusiasme masyarakat pun tinggi dan anak-anak juga semangat untuk belajar membaca Al-Quran. Saya ucapkan terima kasih kepada Dompet Dhuafa dan donaturnya yang ikut peduli dan turut mendukung serta membantu menghidupkan nuansa Qurani di sini,” ucap Pak Barnas.

Saat ini, jumlah santri yang ikut belajar dan mengaji di Yayasan Hidayatul Mubtadiin ada sebanyak 78 anak dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 4 (empat) guru. Sebagian mereka datang dari luar kampung, bahkan luar kecamatan. Antusiasme dan semangat para santri terlihat tatkala berangkat dan pulang ngaji. Sebagian banyak dari mereka datang dan pulang dengan berjalan kaki. Sebagian harus menyusuri pinggiran sawah karena memang kawasan tersebut terletak di tengah persawahan. Namun ada juga sebagian yang menggunakan sepeda karena letak rumahnya yang jauh.

Aktivitas mengaji di yayasan ini, tidak ada istilah dibayar dan membayar. Dengan artian para santri tidak dikenakan biaya dan para gurunya tidak digaji. Semua dilakukan atas dasar ikhlas dan rido belajar dan mengajarkan ilmu agama. Meski begitu, Pak Barnas akan berusaha terus mengembangkan yayasan ini, sehingga kelak para guru mendapatkan mukafaah yang layak, sebagai wujud apresiasi terhadap jasanya.

“Saya bermaksud nantinya yayasan ini akan berkembang menjadi yayasan entrepreneurship islami yang berbasis Al-Quran. Harapannya juga kelak yayasan ini menjadi pusat belajar dan mengaji Al-Quran di Pandeglang. Anak-anak tetap tidak dikenakan biaya, namun guru-guru mendapatkan mukafaah untuk mencukupi kehidupannya,” jelas Pak Barnas.

Meski mendapatkan bantuan 80 Al-Quran, namun untuk saat ini yayasan tidak akan menggunakan semuanya. Sebab pembelajaran di sana saat ini masih di batas pembelajaran membaca bagi ana-anak. Menurut Pak Barnas, sebagian Al-Quran akan disalurkan kembali ke tempat-tempat ngaji lainnya yang berada lebih pelosok. Dengan begitu, kesempatan belajar Al-Quran dapat lebih meluas. (Dompet Dhuafa / Muthohar)