Begini Lockdown Zaman Nabi Untuk Mengatasi Wabah Penyakit

 

Sejak tanggal 16 Maret 2020, virus corona telah hadir di 158 negara. Beberapa negara telah memberlakukan lockdown, atau isolasi dari dunia luar wilayahnya. Cara ini dilakukan agar wabah penyakit tidak semakin tersebar. Tahukah kamu bahwa sebenarnya, kebijakan isolasi ini pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Bagaimana lockdown Zaman Nabi? Begini ceritanya.

Baca juga: Ini yang Terjadi Jika Lockdown di Indonesia

Wabah Kusta Pada Zaman Nabi

Zaman dahulu kala, ada sebuah penyakit yang paling ditakuti karena sangat menular, dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit itu adalah kusta. Sebuah penyakit kulit, di mana penderitanya mengalami bercak-bercak merah pada kulit. Penderita juga mengalami mati rasa, tubuh melemah, dan berubah bentuk.

Wabah kusta juga terjadi di daerah Arab, dan belum ditemukan obatnya. Kusta baru diteliti dan ditemukan pada tahun 1873, namun penyakit ini sudah ada sebelumnya. Sebelum ditemukan, kusta belum ada obatnya.

Isolasi atau lockdown diberlakukan, saat terjadi wabah penyakit menular di sebuah wilayah. Hal ini bertujuan untuk mengurangi potensi penularan penyakit. Seperti dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Bukhari, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa jika sedang terjadi wabah di lokasi tinggal, kita tidak boleh keluar dari wilayah wabah, sebab akan berpotensi menulari wilayah selainnya. Pun sebaliknya, apabila ada daerah, atau seseorang yang terkena wabah, lebih baik kita menjaga jarak tubuh dari infeksi penyakit, agar tidak langsung tertular atau menularkan.

Lockdown Zaman Nabi Diterapkan Umar bin Khattab

Situasi lockdown zaman nabi, juga diterapkan oleh Umar bin Khattab ketika mengunjungi Syam. Cerita ini dikisahkan dalam buku Biografi Umar bin Khattab karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi. Pada tahun 18 Hijriyah, suatu hari Umar bin Khattab bersama sabahat-sahabatnya, melakukan perjalanan menuju Syam. Sebelum memasuki Syam, di perbatasan mereka mendengar sebuah kabar tentang wabah penyakit kulit yang menjangkiti wilayah tersebut.

Penyakit kulit ini dinamai Wabah Tha’un Amwas. Penyakit menular yang menyebabkan benjolan di seluruh tubuh. Benjolan yang terus tumbuh hingga pecah, membuat penderita mengalami pendarahan hingga kematian.

Beberapa waktu kemudian, Gubernur Syam, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, datang menemui rombongan Umar di perbatasan. Terjadi percakapan di antara para sahabat dengan Umar. Akhirnya mereka bersepakat untuk mengikuti Hadits Nabi, untuk tidak masuk ke daerah Syam yang sedang mengalami wabah, dan kembali pulang ke Madinah.

Syam diberlakukan lockdown. Setiap beberapa waktu sekali, Abu Ubaidah mengabarkan situasi kondisi yang terjadi di Syam, kepada Umar bin Khattab. Satu persatu sahabat Umar meninggal saat wabah, hingga tercatat sekitar 20 ribu orang yang wafat karena wabah. Jumlahnya hampir separuh dari penduduk Syam, termasuk di dalamnya ada Abu Ubaidah.

Posisi Gubernur kemudian digantikan oleh Amr bin Ash, Sahabat Umar. Amr bin Ash memerintahkan kepada penduduk Syam untuk saling berjaga jarak, agar tidak tidak saling menularkan penyakit, dan berpencar dengan menempatkan diri di gunung-gunung. Penularan penyakit kusta pun dapat diredam, dan Syam kembali normal.

Refleksi dengan Kondisi Wabah Corona

Saat ini dunia sedang sibuk melawan virus yang cepat sekali penularannya, yaitu Corona. Tidak sampai satu semester, penularan virus COVID-19 di seluruh dunia mencapai ratusan ribu orang. Bila kita refleksikan dengan cara Rasulullah mengatasi wabah, adalah dengan cara isolasi. Lockdown zaman Nabi Muhammad dapat kita terapkan di lokasi terinfeksi, untuk mencegah penyebaran virus ke daerah-daerah lain.

China telah melakukan lockdown di beberapa kota. Serta melakukan perawatan pasien terinfeksi, dengan membangun beberapa rumah sakit sementara. Lockdown pun didukung dengan bantuan pangan, dan insentif untuk orang-orang yang terpaksa bekerja. Italia telah memberlakukan lockdown satu negara, untuk menekan penyebaran wabah COVID-19.

Cara yang dilakukan oleh Amr bin Ash saat mengatasi wabah adalah memerintahkan penduduk untuk tidak saling berinteraksi, dan berpencar di gunung-gunung. Prinsip cara ini adalah tidak melakukan kontak fisik, menjaga jarak antara satu orang dengan selainnya. Nama kekinian dari cara ini adalah Social Distancing. Menahan diri untuk tidak keluar rumah, mengurangi interaksi kontak fisik, serta menjaga jarak. Cara yang tidak hanya berguna untuk menghindari diri dari penularan, namun juga menjaga orang-orang yang belum tertular—apabila seandainya kita menjadi carrier dari virus corona.

Penerapan Lockdown Rasulullah di Masa Sekarang

Lockdown zaman Nabi memiliki prinsip untuk masyarakat tidak keluar dari zona wabah, serta mengimbau kita untuk menjaga jarak dari wilayah atau orang yang terinfeksi, agar tidak tertular. Pencegahan penularan wabah saat ini, juga diiringi dengan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan untuk menyembuhkan virus Corona. Sehingga angka kematian dapat ditekan.

Namun di sisi lain, apabila lockdown tidak dilakukan, dengan kecepatan penularan virus, berpotensi membuat Rumah Sakit jadi kewalahan untuk menangani pasien. Apalagi di Indonesia belum sepenuhnya infrastruktur kesehatan siap menghadapi Corona. Social distancing dan lockdown, dapat menekan angka penularan, serta membantu Rumah Sakit untuk lebih fokus merawat pasien yang sudah positif terpapar virus. Rumah sakit jadi tidak berlebihan pasien, proses penyembuhan pun dapat dilakukan dengan aman.

Meneladani Rasul

Rasulullah merupakan teladan hingga akhir zaman. Tidak hanya akhlaknya yang mulia, namun juga cerdas dalam menyikapi sebuah masalah. Dapat diakui, saat lockdown zaman Nabi tidak sedikit memakan korban jiwa. Sebab saat itu teknologi kesehatan belum secanggih sekarang. Namun, kita dapat mengambil prinsip dan manfaat dari isolasi yang dilakukan. Sebagai upaya saling melindungi antarsesama, agar tidak terinfeksi wabah.

Mari kita bersabar menahan diri untuk tetap berada di rumah saja, dan menghindari kerumunan. Usahakan tetap melakukan kegiatan produktif di rumah, sambil mendoakan para tenaga kesehatan yang sedang berada di garda terdepan melawan Corona. Sahabat juga tetap bisa membantu sesama dan berbagi untuk mereka yang tengah berjuang sekuat tenaga yaitu para tenaga medis.kesehatan, para kaum dhuafa yang terdampak, dan kaum rentan terhadap virus bersama Dompet Dhuafa. Donasi sekarang, untuk Lawan Corona bersama-sama!