Upaya Dompet Dhuafa Dalam Menguatkan Semangat Peduli Rohingya

BOGOR — Setelah menggelar Zikir Akbar di Masjid Al-Madinah bersama Ustad Arifin Ilham yang sekaligus mendoakan saudara-saudara di Rohingya, Dompet Dhuafa menggelar rangkaian press conference ‘Save Rohingya’ pada Kamis (7/9). Ini merupakan salah satu kepedulian Dompet Dhuafa sebagai lembaga filantropi Indonesia untuk sama-sama menyatukan semangat peduli Rohingya.

“Konflik ini bukan lagi konflik antar masyarakat sipil. Tetapi juga sudah melibatkan aparat. Jadi, di sana sudah melibatkan senjata organik militer, ini ekskalasinya sudah besar. Tentu korban yang berjatuhan pun cukup besar juga,” ujar Sabeth Abilawa, selaku G.M. Corporate Secretary Dompet Dhuafa.

Beliau pun menyerukan upaya jangka pendek seperti menghentikan seluruh kekerasan atas nama apapun terhadap kemanusiaan, terutama wanita dan anak-anak. Selain itu juga menyerukan kepada masyarakat, lembaga, dan pemerintah di Asia Tenggara untuk ikut serta dalam memberikan bantuan atas jatuhnya korban sipil.

“Karena sudah terdengar ribuan pengungsi mulai bergerak ke Bangladesh, satu-satunya jalur darat adalah seperti itu. Kalau tidak, maka akan mengungsi melalui jalur laut, lantaran ada akses laut dan itu akan menghampiri lagi ke pantai-pantai di negara kita, seperti kasus di Aceh tahun kemarin. Tentu kondisi ini tidak mengenakan bagi kita juga dan semua orang. Karena di perahu-perahu kecil tersebut diisi 40 sampai 60 orang, dimana ada anak-anak dan perempuan,” tambah Sabeth Abilawa.

Beliau juga menyebutkan upaya jangka panjang berupa penyelesaian akar masalah stateless Rohingya. Tidak diakuinya kewarganegaraannya, sekitar dua juta umat manusia dari Rohingya yang terlahir tanpa bisa memilih mereka terlahir dalam etnis apa dan di mana. Mereka tidak punya hak-hak kewarganegaraan, tidak bisa melintas batas antar provinsi di negara mereka.

Bambang Suherman, selaku Direktur Mobilisasi ZIS Dompet Duafa, menambahkan, “Ini butuh keterlibatan aktif antar pemerintah. Selain bantuan di lapangan seperti makanan dan kesehatan, Dompet Dhuafa berpikir mulai mengintervensi aspek-aspek strategis. Negara pun sudah mendeklarasikan bantuan pendidikan. Dompet Dhuafa memiliki kompetensi yang cukup bagus dalam mengelola sekolah di Indonesia. Maka intervensi atas pendidikan juga akan diupayakan”.

Disebutkan bahwa Dompet Dhuafa akan menurunkan program yang bersifat pendampingan manajemen sekolah untuk meningkatkan kapasitas tenaga pengajar di wilayah konflik. “Kita berharap melalui pendidikan, mampu melahirkan penyatuan dari perbedaan-perbedaan yang selama ini melekat pada etnis-etnis yang hidup di sana,” ujar Bambang Suherman.

Menurut beliau, ada juga pemikiran yang menginisiasi pasar perdamaian. Jadi cara yang paling mudah untuk mempercepat proses rekonsiliasi adalah dengan membuka ruang interaksi yang besar untuk interaksi antar masyarakat. “Salah satu pilihan produktif adalah pasar. Sebab setelah analisis di lapangan, kegiatan ekonomi merupakan bentuk interaksi melalui transaksi. Kita berharap, ruang-ruang ini menciptakan rasa kebutuhan. Dengan demikian jarak atau clash yang muncul akan semakin kecil,” lanjut Bambang Suherman.

Indonesia, khususnya Dompet Dhuafa mencoba melakukan upaya secara soft campaign. Karena apabila proses negosiasi dengan cara ekstrim yang dijalankan, khawatir amnesti internasional akan terjadi. Ketika itu terjadi, maka akses kita untuk proses bantuan kepada korban Rohingya pun menjadi tidak bisa kita kelola.

Semoga apa pun yang diupayakan dunia, Indonesia, khususnya Dompet Dhuafa untuk memberikan bantuan kepada korban kemanusiaan, diberikan kelancaran upaya dan penyatuan semangat yang besar, dapat tergabung untuk membentang kebaikan. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)