SERANG — Perkiraannya, sebesar 76% bangunan sekolah di Indonesia Dibangun di daerah berisiko bencana. Sekitar 523.633 satuan pendidikan dan lebih dari 60 juta peserta didik akan merasakan dampak, jika bencana terjadi. Data tersebut terhimpun oleh Kemedikbud dan Kemenang per-Oktober 2019. Kemudian juga hasil olahan data Kajian Risiko 2015. Demikian disampaikan Kasubdit Mitigasi BNPB Mohd. Robi Amri, dalam Konferensi Nasional Pendidikan Bencana III 2019 di Serang, Banten.
“Sekitar sepuluh ribu sekolah dengan rincian lebih dari sepuluh juta siswa sudah terdampak. Menyadari kondisi tersebut, penting untuk membangun kerja sama dari berbagai lini untuk menyelenggarakan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Apalagi negeri kita masuk dalam kategori sebagai negara dengan tingkat risiko bencana tinggi,” papar Robi.
Selain mengurangi dampak bencana, lanjutnya, terhadap lingkungan dan layanan pendidikan, investasi pendidikan kebencanaan penting dilakukan. Sehingga dapat menjaga keberlangsungan pendidikan saat masa darurat dan pemulihan bencana. Kemudian juga membangun karakter budaya pendidik yang sadar dan antisipatif terhadap potensi bencana.
Sebagai salah satu lembaga yang berfokus pada kajian pengurangan risiko bencana (PRB), Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa telah melakukan sosialisasi dan simulasi PRB di sekolah-sekolah rawan bencana. Beberapa sekolah binaan PRB DMC Dompet Dhuafa yakni Sekolah Al Syukro (TK-SMP) di Ciputat, Tangerang Selatan, dan SDN 1 serta SDN 2 di Srumbug, Magelang.
“Sudah banyak juga sekolah-sekolah yang kita sosialisasikan mengenai PRB. Alhamdulillah juga sudah terapkan tiga pilar pendekatan SPAB yang komprehensif. Mencakup fasilitas sekolah aman, manajemen bencana di sekolah dan pendidikan pencegahan dan PRB,” jelas Syaiban. (Dompet Dhuafa/Infokom DMC)