Gandeng Ditjen Sumber Daya Air, Atasi Masalah Pengairan Di Kabupaten Madiun

SIARAN PERS, MADIUN — Kepala Subdirektorat Perencanaan, Direktorat Irigasi dan Rawa Kementerian PUPR, Muhammad Tahid, pada Rabu (29/1/2020), mengecek langsung kondisi irigasi di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Didampingi oleh beberapa instansi terkait, pria yang biasa disapa Tahid tersebut, mengecek langsung irigasi yang sudah mulai mengalami pendangkalan dan penyempitan.

Kholid Abdillah, selaku pimpinan cabang Dompet Dhuafa Jawa Timur, mendampingi rombongan dari kementrian PUPR dan mengatakan bahwa saat ini para petani mengalami beberapa masalah. Di antaranya adalah kesulitan mendapatkan akses pengairan. Karena aliran irigasi tidak sederas beberapa tahun silam. Mereka terpaksa membuat sumur tanah.

"Problem pengarian sawah tersebut, membutuhkan biaya yang tak sedikit. Hanya petani yang berkecukupan saja yang bisa melakukannya. Adapun petani miskin, mereka harus rela memangkas keuntungan hasil taninya untuk mendapatkan air dari sumur tanah yang dialirkan menggunakan sibel," jelas Kholid.

Slamet, petani binaan Rumah Baca Dompet Dhuafa (RBDD) mengatakan, “Kami berharap segera dilakukan pengerukan dan pembersihan saluran irigasi. Sehingga air kembali lancar dan jika hujan turun dengan intensitas tinggi, tidak menyebabkan banjir. Dengan irigasi lancar, kami bisa berhemat dan tidak mengeluarkan banyak biaya".

Usai mengecek lokasi, rombongan mengunjungi RBDD, zona mandiri dan berdaya yang diinisiasi oleh jurnalis senior Parni Hadi. RBDD rintisan Parni Hadi adalah instansi yang pertama kali berinisiatif mengatasi permasalahan irigasi yang ada di sekitar Kecamatan Sawahan, dan menghubungi pihak-pihak terkait.

Konsep pengembangan holistic RBDD Rejosari setelah normalisasi saluran irigasi adalah, melakukan penanaman pohon buah atau bunga sepanjang pinggir saluran. Kemudian juga akan melakukan penebaran benih ikan, pembuatan sumur biopori, embung, PAH (penampung air hujan) untuk bantu pengairan. Di sisi lain juga mendirikan unit usaha pembuatan pupuk organik dalam skala kecil dan makanan ternak (memanfaatkan sisa batang padi pasca panen), pengembangan demplot pertanian ramah lingkungan, kursus atau diklat untuk pertanian, seni budaya, pelatihan Bahasa Inggris, jurnalistik, home industri, kuliner, kepramukaan, relawan sosial, kader sehat dan tentunya wisata desa dengan atraksi alami (air, ikan, tanaman) seni budaya lokal.

Parni Hadi menegaskan, untuk mewujudkan semua kegiatan tersebut memerlukan kerja sama multi sektor. Baik pemerintahan atau dinas, dan pelibatan masyarakat, serta komunitas pendukung.

Di akhir kunjungannya, M. Tahid beserta rombongan dari beberapa Dinas terkait berdiskusi bersama para petani terkait sistem pengairan saat ini. Banyak aspirasi yang disampaikan dan Ditjen Sumber Daya Air langsung merespon dengan usaha-usaha konkrit. Dalam waktu dekat, akan dilakukan pengerukan endapan-endapan di sepanjang saluran menggunakan excavator. (Dompet Dhuafa/Jatim)