Konferensi Daring SEAL, Dompet Dhuafa Dorong Kewirausahaan Sosial di Asia Pasifik Untuk Tanggulangi Dampak Pandemi

SIARAN PERS, MANILA, FILIPINA — Pandemi telah menyebabkan dunia semakin jauh dari target-target pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development Goals) atau SDG’s yang tercanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ini merupakan akibat dari lemahnya komitmen negara-negara anggota dan krisis ekonomi akibat pandemi. Dompet Dhuafa, bersama Institut for Social Enterprise in Asia (ISEA) dan Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Pasifik (UNESCAP), menyerukan agar kewirausahaan sosial (social enterprise) harus didorong untuk menjawab tantangan ini agar bisa menangguilangi kemiskinan akibat pandemi di banyak negara.

Dalam konferensi daring Social Enterprises Advocacy and Leveraging Asia (SEAL) yang diikuti oleh sekitar 200 peserta dari negara-negara Asia Pasifik tanggal 16-17 September kemarin, Dompet Dhuafa menawarkan penerapan konsep pemberdayaan perempuan di rantai pasok produk-produk pertanian dan perlunya kewirausahaan sosial di bidang layanan kesehatan untuk mengatasi pandemi Covid-19.

“Kekuatan kewirausahaan sosial terletak di pemberdayaan karena memposisikan masyarakat sebagai small producer yang menjadi mitra usaha dan agen perubahan sosial sekaligus. Dompet Dhuafa sebagai sebuah kewirausahaan sosial menjalankan fungsi ini,” terang Nasyith Majidi, Ketua Yayasan Dompet Dhuafa, di hadapan negara-negara peserta Konferensi SEAL.

Saat ini, Dompet Dhuafa juga menggulirkan berbagai program Aksi Peduli Dampak Corona (APDC) di beberapa daerah di Indonesia bersama RRI, Kemendagri, dan banyak pihak. Pada kesempatan itu, Dompet Dhuafa juga menyampaikan konsep Health for All untuk kewirausahaan sosial yang bergerak di bidang kesehatan.

“Konsep ini bertumpu pada tiga hal pokok, yaitu pendekatan kesehatan yang holistik, pemberdayaan kesehatan masyarakat dan blended finance antara dana-dana filantropi seperti zakat dan wakaf, investasi, asuransi, dan jaminan sosial Pemerintah,” papar Nasyith.

Konferensi SEAL kali ini membahas lima platform kewirausahaan sosial agar dapat bangkit kembali, yaitu Pemberdayaan Perempuan di rantai pasok pertanian (We Live Food), Kesehatan untuk Semua (Health for All), Pendidikan dan Pekerjaan Layak (Education and Decent Work), Konsumsi dan Produksi yang Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular (Sustainable Consumption and Production and Circular Economy), dan Revitalisasi Desa dan Kewirausahaan Sosial Pemuda (Rural Reconstruction and Youth Social Enterpreneurship).

Ketua Panitia SEAL, Marie Lisa Dacanay dari Filipina, menyatakan saat ini banyak perusahaan yang bertumpu para kewirausahaan lokal di Asia Pasifik terpukul oleh krisis ekonomi. “Konferensi ini sebagai sarana saling belajar, saling menguatkan dan saling bermitra agar kewirausahaan sosial ini bisa bangkit kembali dan memberikan kontribusi terhadap ekonomi dan perubahan sosial sekaligus,” ungkapnya. (Dompet Dhuafa)