JAKARTA — Bagi warga yang tinggal di kota besar, akta kelahiran sudah lumrah ada. Orang tua sudah mengurusnya sejak anak masih berumur beberapa hari. Kesiagaan orang tua di kota-kota besar ini tentu menguntungkan bagi masa depan anaknya kelak. Dengan akta kelahiran, anak mudah menuntut ilmu di sekolah formal, mendapatkan ijazah, bahkan untuk mengurus akta nikah.
Namun tidak bagi 38 juta anak-anak Indonesia. Mereka adalah anak miskin yang susah mendapatkan akta kelahiran. Alhasil mereka sulit untuk melanjutkan pendidikan, legalitas menikah, bahkan untuk mendapatkan asuransi kesehatan. Atas dasar itulah Madam Noor Traavik yang bekerjasama dengan Dompet Dhuafa, UNHCR, SCTV, dan Kemitraan menyelenggarakan sebuah konser untuk anak Voice of Children bertajuk Listen With Love. Sejumlah artis ibu kota yang hadir turut berkontribusi dalam konser penggalangan dana ini. Mereka peduli terhadap anak-anak Indonesia yang belum memiliki akta kelahiran dan masa depan mereka.
Konser tersebut dihelat pada Sabtu, (17/10), di Studio 6 EMTEK di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat. Berbagai tamu undangan hadir untuk memeriahkan konser ini. Selain donatur, tokoh pun turut hadir dalam acara ini, diantaranya Dino Patti Djalal dan Guruh Soekarno Putra. Selain itu hadir pula 30-an pemuda pengungsi Afghanistan yang merupakan tamu undangan dari Madam Noor Traavik.
Ahok, selaku Gubernur DKI Jakarta pun turut menghadiri konser tersebut. Dalam sebuah kesempatan, dia mengatakan bahwa keterlaluan ketika ada warga yang harus membayar untuk mendapatkan akta kelahiran. Seharusnya seluruh daerah bisa memberikan gratis untuk warganya mendapatkan akta kelahiran.“Para bupati, walikota, gubernur seluruh Indonesia patut malu pada acara seperti ini,” tegas Ahok.
Terkait acara ini, Ahok mengatakan bahwa lebih berbahagia menjadi orang yang memberi daripada yang menerima. Pemberian bantuan dalam bentuk non-tunai dirasa lebih baik karena dapat meminimalisir penipuan berbentuk belas kasihan. Seperti yang telah dilakukannya terhadap kaum dhuafa di Ibu Kota. Di kota tempat ia memerintah sekarang, telah melaksanakan sebuah prinsip untuk membantu kaum dhuafa dan yatim piatu, yaitu mereka tidak lagi diberikan amplop. Semua diberikan dalam transaksi non-tunai, yaitu dalam bentuk rekening bank, sehingga semua itu dapat diaudit dengan baik.
“Ngga usah lagi terlalu banyak belas kasihan yang menipu. Jadi kalau bapak ibu mau menyalurkan bantuan, ya seperti Dompet Dhuafa ini adalah sesuatu upaya baik saya kira,” tambahnya.
Tentu saja kita berharap dari donasi yang terkumpul dalam acara ini, akan semakin banyak anak-anak yang terbantu. Dengan menyebarluaskan melalui media-media, maka sama saja dengan membuat orang sadar, sehingga tergerak hatinya untuk berdonasi.
“Dana itu penting, tetapi yang paling penting awarness atau kesadaran orang untuk peduli pada saudara-saudara kita atau sesama manusia yang menderita. Kesadaran tidak kalah penting dari jumlah yang terkumpul. Hal utama adalah kesadaran dulu. Setelah sadar terpanggil, maka orang akan memberi sumbangan,” kata Parni Hadi, Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa, di sela-sela acara tersebut.
Donasi untuk pembuatan akta kelahiran bagi anak-anak Indonesia tidak hanya pada konser kemarin. Masyarakat bisa menyalurkan donasinya mulai 17 Oktober hingga 1 Desember 2015. Sebesar apapun donasi Anda, sangat berarti bagi anak-anak Indonesia. (Dompet Dhuafa/Erni)