BOGOR — Sebanyak 52 Blogger, berkumpul pada acara ‘Blogger Meet Up’ di aula sekolah SMART Ekselensia, Parung. Ada pepatah Jawa mengatakan “Ajining Raga saka Busana”. Benar memang, sebagian orang melihat saat pertama jumpa adalah penampilan dan busana. Saat para Blogger satu persatu masuk ke dalam ruang aula, ada suasana yang tak biasa di sana. Terlihat pakaian yang dikenakan para peserta tidak ada yang sama. Bukan hanya warna tak serupa, bahkan coraknya pun menunjukkan pola yang berbeda. Dari garis berpola, bulatan bercorak bunga, bahkan rangkaian titik yang sama sekali tak menunjukkan rupa. Seperti motif-motif batik yang ada di negeri ini. Dalam Jawa merupakan akronim dari “baris lan titik” .
Entah apa motivasinya. Mungkin karena memang kesadaran cinta budaya batik Indonesia atau hanya ingin mengikuti teman-temannya, bisa juga karena sekedar ingin ikut sayembara dari Dompet Dhuafa. Yang jelas hari ini mereka kompak berbatik ria.
Batik merupakan karya asli warisan nusantara. Bahkan setiap tanggal 2 Oktober, masyarakat di seluruh tanah air memperingatinya sebagai hari batik. Keunikan batik pun tak disangkal lagi. Batik memiliki bemacam-macam corak dan pola. Setiap daerah memiliki khas batiknya sendiri. Bahkan satu daerah bisa punya beragam batik khas asli. Seperti ragam batik yang tampil dari busana para blogger di “Blogger Meet Up” Dompet Dhuafa.
Setelah acara meet up dan diskusi wakaf selesai, para blogger kemudian mendapat giliran trip to zona madina dari Dompet Dhuafa. Panitia juga memberikan sayembara kepada para peserta. Benar saja, sebagian peserta yang sadar akan sayembara dari Dompet Dhuafa, langsung mengeluarkan hp untuk berfoto ria. Berharap mendapatkan foto cantik supaya menjadi pemenang di ajang foto batik terunik.
Luasnya kawasan zona madina tak mungkin terjelajahi hanya sehari trip. Panitia membagi peserta menjadi beberapa regu, supaya lebih efektif dan lebih mudah untuk menjamu.
Tour guide dengan detil menjelaskan setiap tempat di Kawasan Zona Madina merupakan aset wakaf. Bukan hanya tanahnya saja, bangunan di atasnya pun hasil dari pengumpulan uang wakaf. Tidak berhenti di situ, tanah dan uang wakaf dari para dermawan bukan hanya dipergunakan untuk masjid, madrasah, ataupun makam. Lebih luas dari itu, Dompet Dhuafa membangun rumah sakit, industri pertanian, perkebunan, peternakan, hingga toko swalayan. Lebih mengesankan lagi, hasil pemberdayaan wakaf produktif tersebut bukanlah hal yang fiktif. Setiap kalangan merasakan berbagai manfaatnya, dari kalangan bawah hingga kalangan atas sekalipun.
Sore menjelang, waktu untuk trip pun telah usai. Saatnya para Blogger bersiap untuk pulang. Raut ceria menandakan semuanya merasa senang dengan mendapat lebih banyak wawasan di trip kali ini.
Kini waktunya peserta memposting hasil jepretan terbaiknya, saling bertukar foto untuk dilombakan pada kompetisi foto Instagram Dompet Dhuafa dalam peringatan hari batik nasional. Berharap menarik hati juri untuk ganjaran kain batik asli Tuban. (Dompet Dhuafa/Muthohar)