JAKARTA — “I’m proud of my country. My father said to me, don’t forget your country and your family (Saya bangga dengan Negara saya. Ayah saya pernah berkata pada saya, jangan lupakan Negara mu dan keluarga mu),” ungkap Hamza (13), salah satu pengungsi asal Eritrea, negara tetangga Ethiopia yang tinggal di Indonesia. Ia dengan bangga menggambar bendera negaranya pada sebuah kaos putih polos sebagai. Padahal Hamza berkata bahwa sebenarnya ia sedang tidak mendapat ide untuk berkreasi saat itu, namun rasa rindu akan kampung halaman nyatanya mampu membuat Hamza menuangkan warna demi warna hingga membentuk bendera negaranya.
Begitupun dengan Shazia (16). Gadis manis asal Uzbekistan ini menggambar sebuah mata yang besar di kaos putih polosnya. Dan di bawah objek mata tersebut tertulis sebuah kalimat, ‘I Miss You, My Mom’ (Aku Merindukan Mu, Ibu Ku).
“Ini adalah mata saya yang menangis karena merindukan Ibu,” ungkap Shazia sambil menutupi tangisnya ketika ditanyai apa maksud dari gambar mata tersebut.
Berbeda dengan teman-temannya, Danu (13), berdiri untuk menceritakan kisahnya saat datang ke Indonesia, ketika melihat gambar lautan dengan sebuah kapal kecil hasil karya Indi (14), salah satu keluarga donatur Dompet Dhuafa. “Waktu itu kami dari Sri Lanka menyeberangi lautan dan tiba di Pulau Medan. Aku lupa berapa hari perjalanannya,” ujar Danu.
Konflik kemanusiaan di kampung halaman membuat mereka terpaksa mencari tempat atau negara yang dirasa lebih aman. Hal ini membuat kehidupan para pengungsi bergantung pada bantuan dari negara transit tempat mereka berlabuh maupun dari lembaga-lembaga kemanusiaan. Negara-negara transit dan lembaga kemanusiaan pun berusaha keras agar para pengungsi masih bisa hidup dengan layak, kesempatan mendapatkan hiburan dan pendidikan agar mampu mengembangkan wawasan dan keterampilannya kelak khususnya bagi mereka yang masih usia anak-anak.
Melalui salah satu program rutin Ramadhan bertajuk Sahabat Berbagi Harapan (SBH), Dompet Dhuafa berbagi kepedulian anak-anak pengungsi mancanegara yang tinggal di Indonesia. Sehingga teman-teman pengungsi dapat lebih termotivasi dengan kesempatan suasana kebersamaan yang lebih ceria bertabur games kecil dan tausiah. Bertempat di Wisma PKK Kebagusan, acara tersebut digelar pada Minggu (27/5) sejak waktu Dzuhur hingga Maghrib dan ditutup dengan berbuka puasa bersama.
“Seru! Dan yang terpenting, saya sadar dan bersyukur sekali masih dalam kesempatan bersama dengan keluarga saya dan tidak sampai keluar pindah dari Negara sendiri,” tutur Indi. Ia senang bisa bergabung acara SBH hari ini. Menurutnya kegiatan tersebut mengisi kegiatan positif dengan pengalaman dan mengenal teman-teman baru. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)