CAGAYAN DE ORO – Pada hari ke-21 konflik bersenjata antara angkatan bersenjata Filipina (AFP) dengan kelompok Maute di Marawi, tak kunjung menunjukkan bahwa perang akan menuju babak akhirnya. Korban berjatuhan, namun kisah paling memilukan tentu adalah membengkaknya data pengungsi di Kota Illigan, Kota jiran, di sebelah utara Marawi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Illigan City Disaster Risk Reduction and Management Office (ICDRRMO), per tanggal 12 Juni 2017 jumlah pengungsi mencapai angka 277,544 jiwa. Di mana lebih dari 90 persennya menempati rumah-rumah masyarakat (home-based) di dalam kota Illigan. Hanya 38,884 jiwa saja yang menempati pusat penampungan yang disediakan oleh pemerintah.
Senin (12/6) pagi, tim posko organik Dompet Dhuafa yang diwakili oleh Alinor Diabo, pemuda 23 tahun dari pinggiran kota Illigan, mengadakan rapat koordinasi penanganan pengungsi dengan Dr. Mark Anthony J. Torres dari Institute for Peace and Development in Mindanao, dari Mindanao State University, Illigan Institute of Technology (MSU-IIT). Kesulitan penanganan pengungsi terletak pada dua aspek, yaitu pertama angka pengungsi yang sangat tinggi dan tidak mampu diimbangi oleh pemenuhan logistik, baik dari pemerintah maupun organisasi masyarakat sipil. Kemudian kedua, tersebarnya pengungsi di rumah-rumah warga di dalam kota Illigan. Hal ini menyebabkan distribusi bantuan logistik menjadi tersendat, sebagai akibat persebaran kantong-kantong pengungsi.
Lebih jauh, berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh ketua posko organik Dompet Dhuafa Mindanao, Dr. Sahraman Sadat, pengungsi telah meluas ke kota-kota tetangga Illigan, seperti Baloi dan Cagayan de Oro. “Pengungsi di dua titik ini belum mendapatkan bantuan. Mereka tidak memiliki pakaian, tidak membawa uang ketika mengungsi. Banyak diantara mereka adalah perempuan dan anak-anak,” tegasnya.
Sebagai langkah respon, Dr. Sadat dibantu oleh para relawan membagikan paket parsel lebaran Dompet Dhuafa kepada tak kurang dari 120 kepala keluarga di 3 (tiga) titik, yaitu Baminta, Iponanan, dan Mabasa Balulang. Adapun paket parsel lebaran yang dibagikan berupa 5 Kilogram beras, susu, makanan siap saji, sarden, dan gula.
“Mungkin tak banyak, tapi sumringah wajah masyarakat Marawi ketika menerima bantuan ini adalah hal yang tidak dapat saya lukiskan dengan kata-kata. Terima kasih kepada segenap donatur dan masyarakat Indonesia yang telah menyalurkan bantuan kepada masyarakat Marawi,” imbuh pria yang pernah mengenyam pendidikan magister di Universitas Padjajaran, Bandung. (Dompet Dhuafa/Arif RH)