JAMBI — Sembari memantau kualitas udara dari sebuah aplikasi digital bernama Air Visual di gawainya, Narwan, Koordinator Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa untuk Respon Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) wilayah Sumatera, menjelaskan keadaan terkini terkait dampak kabut asap sesampainya di Kota Jambi. Pada Jum’at malam, 20 September 2019, setelah perjalanan dari Palembang, waktu itu tim tiba di Jambi.
“Kualitas udara Jambi semalam sudah mencapai pada pm 1.075 dengan keterangan berbahaya. Ini tertinggi dari hari-hari sebelumnya. Jadi, dari data tersebut, kabut asap benar-benar mengganggu kehidupan di sini,” ungkapnya, Sabtu (21/9/2019) pagi.
Ya, Jambi terus ‘menikmati’ dampak dari kabut asap yang cukup pekat. Bahkan juga membawa material abu cukup tebal beterbangan. Meskipun akhir pekan, aktivitas masyarakat tampak lebih sepi meskipun di suatu kawasan perdagangan. Pada siang dan sore hari, angka kualitas udara menunjukan pada angka pm 400 hingga 500 yang berarti sangat tidak sehat.
Suwarti, salah satu warga Kampung Rajawali, Kelurahan Rajawali, Kecamatan Jambi Timur, mengakui bahwa kabut asap tersebut memang berdampak pada kesehatan warga. Terutama di bagian pernafasan, banyak warga yang sesak dan batuk. “Sesak, Mas. Bau asapnya juga tidak sedap. Sangat mengganggu,” aku Suwarti.
Bukan hanya itu saja, turut menghantui aktivitas keseharian Suwarti. Pasalnya sebagai pedagang makanan di sebuah sekolah dasar, pemasukannya menurun. Hal tersebut lantaran aktivitas sekolah masih diliburkan.
“Sudah tiga kali ada himbauan dari pemerintah Jambi untuk meliburkan kegiatan sekolah. Pastilah kami ikut libur dan tidak ada pemasukan,” ungkapnya.
Dalam kesempatan #MelawanAsap, Tim DMC Dompet Dhuafa bersama Insan Madani Jambi, melakukan assesment lanjutan, dengan menghadirkan titik program safe house. Selain itu juga mendistribusikan 1.000 masker di Kecamatan Jambi Timur.
Suwarti kembali menuturkan, “Saya juga berjualan ketika malam di jalan besar. Tapi tempat itu juga berkabut karena asap. Bahkan lampu jalan sepertinya tidak dihidupkan. Mungkin supaya masyarakat memang tidak banyak beraktivitas di malam hari ketika kabut asap muncul lebih tebal”. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)