Di Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, tidak semua warga tinggal di posko utama. Masih ada dari mereka yang masih mengungsi di dekat lahan terbuka di depan rumahnya. Tak jarang, stok bahan makanan, obat-obatan juga terbatas. Bahkan ada juga para korban gempa Lombok yang mengalami luka-luka akibat reruntuhan bangunan, namun belum terobati.
Terkadang kemacetan dan berbagai hambatan jalan raya harus dihadapi oleh tim dan relawan yang bertugas di lapangan. Banyaknya rumah dan bangunan yang runtuh akibat gempa Lombok, membuat jalan raya pun jadi penuh hambatan. Reruntuhan bangunan sering kali membuat jalanan sulit dilalui.
Tapi bantuan harus terus berlanjut. Tim medis Dompet Dhuafa menyediakan mobile clinic dengan menggunakan Motor Kilat untuk menyusuri wilayah-wilayah di tempat pengungsian yang belum banyak terjamah akses kesehatan. Penggunaan motor kilat memudahkan dan mempercepat gerak tim medis untuk mengunjungi para korban bencana di titik-titik pengungsian dibanding menggunakan mobil atau truk. Belum lagi harus menghadapi macetnya jalanan.
Satu dokter dan satu perawat, bertugas bersama hingga sampai seharian penuh. Banyak sekali korban yang masih luka-luka dan sakit namun belum terobati. Alhasil, para tim medis harus terus bekerja hingga pasien tertangani seluruhnya. Ritme kerja seperti ini tentu sangat berbeda ketika harus bertugas pada waktu normal biasanya.
Bapak Rasiadi, salah satu pengungsi pun menyampaikan, “Alhamdulullah, terima kasih banyak atas bantuan kesehatanya terutama anak anak kami yang kedinginan dua malam. Terima kasih Dompet Dhuafa”.
Mohon dan dukungan semoga para tim medis, relawan, dan tim Dompet Dhuafa lainnya dapat bertugas dengan sebaik-baiknya, serta memberikan bantuan dari amanah masyarakat Indonesia.