Bantu Pelangi Ceria Kembali

SERANG – Pilu sungguh hati Nina. Ibu tiga anak itu tengah dihadapkan pada ujian kehidupan yang barangkali tak semua orang mampu memikulnya. Hidup di kontrakan sederhana, di Lingkungan Ciawi Neglasari RT/RW 06/13, Cipare, Serang, Banten. Nina merajut cerita bersama dua anaknya yang putus sekolah dan Pelangi, buah hatinya yang kini bertarung hidup dengan sakit. Tak cukup di situ, kepiluannya semakin bertambah-tambah dengan kondisi sang ibunda yang mengalami stroke. Sepuluh bulan lalu, Pelangi lahir dari rahimnya dalam keadaan normal dan sehat. Namun, kebahagiaannya menyambut si buah hati berubah seketika saat Pelangi berusia dua bulan.

“Badannya panas, perutnya membesar dan mengeras. Waktu itu saya sempat membawanya ke bidan. Namun nggak ada perubahan,” Nina, mengurai cerita ketika tim Dompet Dhuafa Banten berkunjung ke kediamannya, (2/6) lalu.

Nina tak berputus asa. Demi kesembuhan anaknya itu, Pelangi dibawanya ke Rumah Sakit Umum Provinsi Banten. Pelangi menjalani dua kali operasi untuk memperbaiki kondisi ususnya yang dideteksi mengalami pembusukan. Tim dokter membuang bagian usus yang rusak kemudian menyambung kembali dengan harapan Pelangi bisa menjalani hidup yang lebih baik. Lagi-lagi keteguhan Nina sebagai seorang ibu diuji, bekas operasi Pelangi mengalami kebocoran. Sehingga pencernaannya terhambat. Akibatnya, makanan yang dikonsumsi bayi 10 bulan itu merembes keluar melalui bekas jahitan.

“Pelangi dioperasi lagi. Saya nggak bisa ngebayangin betapa sakitnya dia,” katanya dengan tersedu.

Nina menggantungkan harapannya pada operasi ketiga yang dijalani Pelangi. Di mana sebagian usus bayinya itu harus dikeluarkan. Saat itu ingin dirinya menanggung kesakitan yang diderita Pelangi. Tapi sakit yang diterimanya barangkali jauh lebih besar. Ketika keadaan Pelangi belum pulih total, Nina harus menelan kenyataan bahwa dirinya harus membawa pulanh Pelangi lantaran biaya rumah sakit yang tak sanggup lagi dibayarnya. Nasib Nina ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, saat itu Pelangi belum memiliki BPJS Kesehatan yang bisa diandalkannya untuk meringankan biaya pengobatan.

“Suami saya kerjanya serabutan, kadang kerja kadang enggak,” aku Nina dengan suara melemah.

Dirinya sadar, tak mungkin mengandalkan penghasilan Eman, sang suami, yang tak seberapa. Sedangkan dirinya hanyalah ibu rumah tangga biasa. Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nina menjadi tukang cuci yang penghasilannya pun tak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Kesulitan mengurus BPJS membuat Pelangi tidak mendapatkan perawatan yang layak dan harus mengeluarkan biaya lebih banyak. Selama ini Pelangi hanya dirawat di kontrakan sederhana tersebut.

Seminggu penuh, tim Dompet Dhuafa Banten membantu mengurus pembuatan BPJS Kesehatan untuk Pelangi, karena ternyata Pelangi tidak memiliki Akta Kelahiran dan namanya belum tercantum dalam Kartu Keluarga milik Nina. Proses demi proses dijalani Dompet Dhuafa Banten bekerjasama dengan berbagai pihak untuk kesembuhan bayi yang lahir pada 25 Juli 2015 ini. Dalam keadaan usus terburai, semestinya Pelangi berada di bawah kontrol penuh paramedis, namun kenyataannya, Pelangi masih menunggu keajaiban di kontrakan orangtuanya.

“Diagnosa sementara, Pelangi menderita Peritonitis dan ada indikasi gizi buruk. Dompet Dhuafa Banten telah membantu pembuatan BPJS, advokasi rumah sakit, dan biaya hidup sementara. Selanjutnya, Dompet Dhuafa Banten akan terus membantu advokasi dan biaya hidup selama di rumah sakit sampai Pelangi benar-benar sembuh,” ujar Koordinator Program Kesehatan Dompet Dhuafa Banten, Anis Solihah. (Dompet Dhuafa/Dini Handayani/Setiawan Chogah)