Mahassiwa penerima manfaat beasiswa Etos Dompet Dhuafa (Etoser) wilayah Bogor memperlajari konsep pengelolaan sampah di Komunias Salam Rancage, Bogor. (Foto: Beastudi Dompet Dhuafa)
Oleh: Gie
BOGOR—Mahasiswa penerima manfaat beasiswa Etos Dompet Dhuafa (Etoser) wilayah Bogor mempelajari konsep pengelolaan sampah berupa Bank Sampah di Komunitas Salam Rancage, Sekolah Alam Bogor (SAB) di Cimahpar, Bogor, Senin (12/1) lalu.
Hal tersebut tidak terlepas aktivitas pemberdayaan yang dilakukan Etoser Dompet Dhuafa wilayah Bogor di Desa Galuga, Bogor. Di desa yang masyhur dengan Tempat Pembuangan Sampah Akhir itu, Etoser Dompet Dhuafa wilayah Bogor memiliki program pemberdayaan Desa Produktif.
Program Etoser Desa Produktif di Desa Galuga berupa pendidikan dan sosialisasi hidup sehat warga setempat. Dengan mempelajari konsep bank sampah, Etoser berharap dapat mengaplikasikannya di Desa Galuga.
Di Komunitas Salam Rancage, Etoser mempelajari teknik pemanfaatan sampah koran menjadi aneka kerajinan tangan dan memperluas jaringan dengan komunitas pemberdayaan masyarakat. Di tempat tersebut, terdapat tumpukan sampah yang sudah bersih yang dikumpulkan oleh siswa SAB sebagai tabungan sampah. Sampah-sampah tersebut kemudian diolah menjadi aneka kerajinan tangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Setelah mengunjungi Bank Sampah dilanjutkan dengan mengujungi rumah galeri produk dari Salam Rancage. Produk yang dipajang mulai dari yang sederhana seperti gantungan kunci dan gelang hingga produk yang besar seperti kendi, tempat laundry hingga karpet. Semua produk tersebut terbuat dari sampah koran yang disulap oleh warga sekitar SAB menjadi produk yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi.
Puas melihat produk-produk Salam Rancage, dilanjutkan dengan kegiatan di aula Salam Rancage. Di dalam aula bilik bambu tersebut, rombongan Etos Bogor langsung disambut oleh Tri Permana Dewi atau disapa Bu Dewi, salah seorang penggagas Salam Rancage. Dalam paparannya Tri menceritakan asal mula berdirinya Salam Rancage hingga munculnya aneka inovasi produk yang hingga kini terus eksis dan diminati banyak kalangan.
“Hal terpenting dalam program pemberdayaan masyarakat maupun pelatihan adalah keberlanjutan dan hasil yang jelas yang bisa diperoleh oleh masyarakat” tutur Bu Dewi dengan semangat. Sesi terakhir ditutup dengan pelatihan singkat membuat anyaman berbahan dasar sampah plastik kemasan menjadi gantungan kunci yang unik.
“Kami berharap agar kegiatan kunjungan ini menjadi sarana pembelajaran bagi etoser Bogor dalam mengelola gunungan sampah yang ada di Desa Galuga serta mampu memberikan peluang ekonomi bagi warga Galuga” ujar Subika, ketua Despro Bogor 2013-2014.
Desa Produktif merupakan laboratorium pemberdayaan masyarakat para etoser sebagai wadah mengasah jiwa kepedulian sosial, keterampilan dalam memberdayakan masyarakat, dan sebagai bentuk tanggung jawab menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi. Etoser berasal dari masyarakat, bagian dari masyarakat dan akan kembali kepada masyarakat.
Desa Produktif sendiri telah dilaksanakan di 12 wilayah program Beastudi Etos yakni Desa Lamnga (Aceh), Desa Namorambe (Medan), Desa Jawa Gadut (Padang), Situ Pladen (Jakarta), Desa Galuga (Bogor), Desa Jayagiri, (Bandung), Desa Nanggerang (Jatinangor), Desa Rowosari (Semarang), Dusun Bronggang (Yogyakarta), Desa Kedung Cowek (Surabaya), Desa Bukit Sampah (Samarinda), dan Desa Tambasa (Makassar).