Berharap Sehat, Kuli Bangunan Ini Ikhtiar Berobat ke RST Dompet Dhuafa

Toyib (45) pasien RST Dompet Dhuafa tengah terbaring lemah menderita gagal ginjal. (Foto:Uyang/Dompet Dhuafa)

Terbaring lemah ditemani istri tercintanya Nafsih (40), Toyib (45), warga asal Pondok Ranji Tangerang selatan harus menerima kenyataan pahit, ketika dokter mendiagnosanya terkena gagal ginjal. Sedih, tentu saja hal tersebut yang dirasakan pria paruh baya yang sehari-hari berprofesi sebagai kuli bangunan ini.

“Kayak nggak nyangka suami saya bisa kena gagal ginjal. Sebelumnya juga saya lihat suami saya sehat-sehat aja. Tapi emang sempat menurun 2 tahun ini kondisinya,” ujar Nafsiah lirih.

Sudah 10 hari, Toyib menjalani perawatan di Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa. Pengobatan medis yang dijalani bapak beranak 3 ini telah mencapai tahap cuci darah. Sang dokter yang menangani menyarankannya untuk melakukan cuci darah 3 kali dalam sebulan.

Toyib dan istri merasa, berat memang ujian yang tengah dihadapinya. Namun demikian, bersama sang istri ia tak ingin sedikitpun putus asa untuk segera berusaha sembuh dari penyakit yang tengah menderanya kini.

“Mau ngeluh juga pecuma. Sekarang mah saya cuma pengen cepet sembuh aja dari penyakit saya ini biar bisa cari nafkah lagi,” jelas Toyib.

Sebelumnya ia sempat kebingungan dan ragu untuk melakukan pelayanan medis di sebuah rumah sakit. Pasalnya, biaya perawatan dan pelayanan medis yang dirasanya begitu tinggi menjadi kendala utama untuk melakukan pengobatan.

Beruntung, di tengah kekhawatirannya tersebut, tetangganya menyarankan Toyib untuk mendaftarkan diri di Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa. Pelayanan medis tanpa biaya yang ditawarkan RST, membuatnya merasa tertolong dan berharap segera mendapatkan pengobatan.

“Alhamdulillah bisa di rujuk ke RST Dompet Dhuafa, saya cuma pengen minta doanya sama semuanya biar bisa cepet sembuh,” ucapnya terbata-bata.

Semenjak Toyib menjalani perawatan medis, sang istri yang menggantikan perannya dalam mencari nafkah. Dengan bekerja serabutan menjadi asisten rumahtangga, upah yang diterima sang istri alhamdulillah mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Say amah ikhlas aja jalani bantu suami. Lagian juga anak-anak butuh ongkos buat sekolah. Jadi selama bapaknya sakit saya yang gantikan, berharap bisa cepet sembuh secepatnya,” pungkas Nafsih. (uyang)