SERANG, BANTEN — Merupakan momen yang jarang ditemukan bagi Budi Gunawan (37), selaku Ketua Kelompok Paguyuban Budidaya Kerang Hijau KSB (Karya Sinar Bahari). Pasalnya ia merasakan bahwa ini adalah sebuah anugerah karena merasa terpilih dengan adanya bantuan dari Dompet Dhuafa yang bersinergi dengan BNI Syariah. Ia mengakui adanya bantuan ini dirasa meningkatkan taraf hidup penghasilan anggota kelompok dan masyarakat melalui budidaya kerang hijau.
“Dulu saya hanya seorang nelayan tangkap biasa yang jatuh bangun, sekarang alhamdulillah saya pribadi bisa menyekolahkan anak minimal hingga SLTA. Karena hasil budidaya kerang kami kini lebih berlimpah dan dapat mempekerjakan lebih banyak masyarakat sekitar khususnya ibu-ibu dalam mengambil peran tambahan mengolah kupas kulit kerang. Sekarang kami ingin terus berzakat”, ungkap Budi.
Ia pun mengenang kisah remajanya saat menggeluti budidaya kerang sejak tahun 2000. Ia bercerita, “Keluarga saya orang miskin, tidak mampu sekolah tinggi-tinggi. Jadi saya sudah menjadi nelayan di usia 19 tahun”. Namun kurangnya kebutuhan hidup sehari-hari membuat ia berinisiatif untuk merintis lebih lagi melalui kelompok dalam alur proses budidaya kerang hijau.
Semangatnya mengingatkan dirinya bahwa dalam menggeluti budidaya kerang hijau sebenarnya bukan hal sulit. Ia sadar ini adalah jalan kemudahan dan manfaat yang selalu diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Karena dalam proses panennya, modalnya hanya membuat unit bagan yang terbuat dari rakitan susunan bambu ditambah rancangan tali yang menjalar berbaris dengan model menancap dan atau mengapung di perairan pantai. Tidak perlu menggunakan bibit atau menangkap, kerang-kerang tersebut akan dengan sendirinya menempel pada tali-tali yang menjalar berbaris.
Kelompok KSB memiliki 30 unit bagan. Rata-rata satu unit bagan memiliki sekitar 40 ris (barisan tali), tiap ris umumnya berukuran 7 meter. Total dalam satu unit bagan bisa mendapatkan 800 kg hingga 1 ton kerang. Dalam prosesnya, pengambilan ris dari satu unit bagan biasanya membutuhkan waktu sampai 3 hari, setelah itu akan panen kembali hingga 4-5 bulan berikutnya. Selama menunggu panen, para nelayan bergantian melakukan eksekusi yang sama pada unit bagan-bagan yang lain. Setelah menarik tiap ris kerang dari bagan di laut ke permukaan, hasil panen kerang tersebut langsung dibersihkan dan dibilas, kemudian direbus mendidih dalam panci-panci besar. Lalu kerang-kerang dikupas kulitnya dan siap olah untuk dijual atau didistribusikan.
Kepercayaan yang mengalir untuk Budi dalam mengelola kelompok, diakui dalam paguyuban KSB. Terlihat dalam aktifitas anggota kelompok juga pekerja yang kompak dan giat dengan suasana riang melawan cuaca panas khas pesisir. Mereka tampak bekerja sama antar peran dalam alur proses demi proses saat mengolah hasil panen kerang hijau di Rumah Kupas Sentra Budidaya Kerang Hijau ISM (Ikhtiar Swadaya Mitra) KSB di Kampung Tanggul Jaya, Kel. Banten, Kec. Kasemen, Kota Serang pada Selasa (17/4) dan Rabu (18/4).
Bersama kawan-kawan lainnya, mereka merasa telah dipersatukan dalam kegiatan ini. Mereka berkomitmen akan terus membina kebersamaan anggota yang telah terjalin agar dapat terus berkesinambungan. Setiap minggu dan bulan, diadakan pertemuan anggota kelompok untuk musyawarah, melakukan koordinasi ataupun menyelesaikan masalah bersama. Dengan tujuan yang tidak lain agar paguyuban KSB selalu gotong royong.
Di akhir pertemuan dengan Tim Dompet Dhuafa, Budi berharap setelah peresmian Rumah Kupas, warga semakin banyak yang tahu dan mau ikut bergabung merasakan manfaatnya. Ia menuturkan, “Kami rencana akan membuat sampai 80 unit bagan. Jadi minimal satu orang dapat mengelola tiga unit bagan agar bisa mengembangkan hasil panennya. Juga menambah tenaga pekerja lagi seperti ibu-ibu pengupas kulit kerang agar masyarakat lebih berdaya disini”. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)