Berperan Sebagai Ibu Sekaligus Ayah

TANGERANG SELATAN — Bekerja siang malam untuk menafkahi keluarga dan membiayai pendidikan anak-anak adalah hal yang biasa dilakukan ayah dalam menjalankan perannya di keluarga. Namun kondisi kali ini berbeda bagi Anisa (50), ibu dua anak ini, hampir 20 tahun berjuang menjadi tulang punggung keluarga, semenjak suaminya meninggal dunia.

Berbagai macam pekerjaan telah dilakoni Anisa. Mulai menjadi pembantu rumah tangga (PRT) sampai berjualan gorengan pun ia jalani demi menyambung hidup keluarganya. Selain itu juga cita-cita menyekolahkan anaknya sampai tamat SMA, menjadi pelecut semangat yang membuat wanita kelahiran Tegal ini tak lelah bekerja siang hingga malam.

“Saya tidak pernah meminta keringanan oleh pihak sekolah. Insyaa Allah, saya yakin kalau bisa membiayai anak-anak sampai tamat SMA,” harap Anisa.

Ia beserta anaknya tinggal di sebuah rumah kontrakan yang beralamat di Jl. RE Martadinata, RT 003/RW 013, Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Perbulan mereka harus membayar kontrakan sebesar Rp. 700.000, yang semakin membebani Anisa.

Tak terasa satu persatu anaknya sudah lulus SMA. Kedua anaknya sekarang sudah berkeluarga. Anak lelakinya Aris Gunawan (24), kini bekerja di sebuah rumah sakit dan ialah yang membantu ibunya untuk membayar kontrakan, serta biaya kehidupan sehari-hari. Kondisi ini membuat anisa memilih untuk berhenti berjualan. Karena kondisi fisiknya sudah semakin melemah.

Namun takdir berkata lain, saat Anisa ingin beristirahat dan menikmati buah kerja kerasnya selama 20 tahun, anak lelakinya Aris Gunawan meninggal dunia secara mendadak. Berawal dari sesak nafas yang tak tertahankan, sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawa pemuda kelahiran Tegal ini tak terselamatkan.

Musibah ini membuat Anisa terpukul. Ia sempat mengalami gangguan mental yang sangat hebat dan di bawa ke bengkel rohani untuk menjalani terapi. Hari demi hari, kondisi ibu dua anak ini berangsur membaik dan mulai menerima kepergian anak lelakinya itu.

“Anak itu hanya titipan, kalau sudah waktunya diambil kita tidak boleh marah. Sama halnya dengan mobil yang dititipkan ke tukang parkir, kalau sewaktu-waktu yang punya mengambil apa tukang parkirnya marah?,” ucapnya kepada petugas Lembaga Pelayan Masyarakat sambil tersenyum.

Sekarang ia tinggal seorang diri di rumah kontrakan. Mau tidak mau, ia harus berjualan kembali demi menyambung hidupnya dan membayar kontrakan yang sudah jatuh tempo. Namun modal yang ia punya masih sangat kurang untuk mulai berjualan kembali, ditambah lagi ia harus membayar kontrakan.

“Mau tidak mau saya harus berjualan lagi mas. Niatnya mau jualan nasi uduk, nasi bakar, gorengan dan mustofa (kentang keju). Namun modalnya belum cukup, jadi saya masih jualan sedikit saja,” tuturnya.

Melihat kondisi Anisa, Lembaga Pelayan Masyarakat Dompet Dhuafa melalui program Ibu Tangguh, memberi bantuan berupa modal usaha untuk meringankan beban hidupnya. Semoga dengan bantuan modal ini, Anisa dapat penghasilan rutin yang dapat membiayai hidupnya. (Dompet Dhuafa/Taufan LPM)