JAKARTA – Berapa banyak anak yatim kehilangan ayah ibu-nya saat ini di Rohingya?
Berapa rumah kediaman dihancurkan saat ini di Rohingya?
Berapa penyakit mencabut nyawa masyarakat saat ini di Rohingya?
Berapa panjang sungai air mata saat ini di Rohingya?
Bagaimana api membakar bangunan desa dan kota di Rohingya?
Bagaimana penampakan asap melebur bersama debu di Rohingya?
Bagaimana puing menghitam tenggelam dalam malam di Rohingya?
Bagaimana lumpur dan sampah terbongkar berserakan di Rohingya?
Bagaimana ribuan rakyat ketakutan melarikan diri di Rohingya?
Tapi kita tidak lagi merenung dan menghitung karena segala respon cepat,
Bersama untuk membantu dan berdoa..
Sepenggal puisi diatas, dibacakan langsung oleh seorang budayawan dan penyair, Taufik Ismail, dengan satu sumber cahaya menyorot di dalam ruangan juga alunan biola yang mengiring.
Banyak cara dalam menuangkan ekspresi, menyuarakan lewat puisi agar yang tersentuh adalah hati. Salah satunya melalui rangkaian karya bertajuk ‘Puisi Cinta untuk Rohingya’ pada hari Minggu malam (10/9) di Gedung Dakwah Muhammadiyah Menteng. Acara ini sukses tergerak oleh Aliansi Kemanusiaan Untuk Rohingya (AKUR) yang merupakan sinergi kesatuan dan berkat dari tragedi-tragedi kemanusiaan yang terjadi di Rohingya.
AKUR adalah bagian bentangan kebaikan dari lembaga-lembaga di Indonesia yaitu, Dompet Dhuafa, BAZNAZ, Rumah Zakat, HARFA, GIN, BMH, NH, YBM BRI, PPPA Daarul Qur’an, MAI, Amanah Takaful, Lazismu, MER-C, OK EDU, Nu Care-Lazisnu, ACT, PKPU, Kawan Baik, juga Lembaga Zakat Al-Azhar. Pun acara ini turut dihadiri oleh Komunitas Dongeng-Kak Iman, Pimpinan Redaksi Republika-Irfan Junaidi, Wakil Ketua DPR-Fadly Zon, Wamenlu-Dr. A. M. Fachir, juga Budayawan-Neno Warisman.
Terdapat rangkaian Aksi Telapak Tangan Cinta untuk Rohingya, pembacaan Puisi, alunan musik Republikustik, doa bersama untuk Rohingya, juga penandatanganan Kepedulian Rohingya Lintas Agama oleh seluruh perwakilan lembaga dari AKUR, hingga sharing session cerita info dan perjalanan selama di Rohingya oleh PKPU, Baznaz, dan Dompet Dhuafa.
“Saya merasa tersentuh dan sangat mengapresiasi untuk inisiatif aliansi kemanusiaan ini. Merupakan wujud nyata bahwa kita perlu kerja konkrit. Alhamdulillah kita mendapat jalan untuk merealisasikan upaya-upaya tersebut, pada akhir 2014 kita resmi mendirikan 4 (empat) sekolah Indonesia di Rakhine State dan beberapa waktu yang lalu menambahkan 2 (dua) sekolah. Jadi disana kita mendirikan 6 (enam) sekolah”, ujar Wamenlu-Dr. A. M. Fachir. Beliau menjelaskan, sekolah adalah pendidikan yang sangat penting untuk masa depan anak-anak. Tidak hanya sekolah, pendekatan menyeluruh juga ditunjukkan melalui mendirikan Rumah Sakit di Rakhine State.
Rangkaian yang merupakan acara kolaborasi untuk menampilkan karya-karya ekspresi respon tragedi kemanusiaan Rohingya melalui puisi. Kesatuan ini sama-sama berdoa, bergerak, berpegangan tangan, menyuarakan lewat puisi kepada masyarakat agar bersama dapat merasakan yang Rohingya rasakan. Tanpa harus berhitung berapa yang mesti kita berikan.
Rangkaian yang merupakan pesan bahwa persoalan di Rohingya bukan semata-mata masalah keagamaan atau milik umat Islam, tetapi tragedi kemanusiaan bersama. Maka cukup menjadi manusia agar kita bisa ikut merasakan. (Dompet Dhuafa/Dhika)