WAKATOBI — Kisah ini datang dari desa kecil di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Desa Wapia-pia merupakan salah satu desa yang memiliki potensi sumber daya perikanan dan kelautan yang besar. Sayangnya, masyarakat setempat yang bekerja sebagai nelayan, hanya mampu menjual hasil laut tangkapannya dengan harga yang relatif murah. Bahkan hanya mampu dimanfaatkan sebagai konsumsi sehari-hari. Padahal ekosistem perikanan di desa tersebut selama bertahun-tahun, telah memberikan jaminan kehidupan kepada masyarakatnya maupun masyarakat di sekitar desa lainnya.
Seiring berjalannya waktu, sumberdaya yang potensional tersebut perlahan mengalami penurunan. Banyak faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas, salah satunya adalah ketidaktahuan masyarakat mengenai jenis, cara pemanfaatan, dan pembudidayaan ikan.
“Sekarang, dari pagi sampai sore, kadang hanya mendapatkan 10, 20, paling banyak 30 ekor ikan. Itu pun sangat jarang. Hal tersebut yang membuat perekonomian kami terganggu,” ujar Husni, salah satu nelayan ikan tangkap di Wapia-pia.
Selain itu, permasalahan yang menjerat para nelayan adalah mereka terjebak dalam lingkaran tengkulak. Mereka terlilit hutang besar yang mereka gunakan untuk biaya melaut. Sayangnya, seringkali para nelayan tersebut, bahkan tidak dapat membawa hasil laut yang banyak. Sehingga mereka tidak bisa membayar hutang. Sehingga hutang mereka menumpuk dan bertambah banyak.
Ia adalah Hendri, ketua KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Kinate, yang berinisiatif untuk mengadakan suatu kegiatan untuk peningkatan ekonomi masyarakat Desa Wapia-pia melalui usaha budidaya ikan. Ia bersama kelompoknya mengajukan proposal program pendampingan kepada Divisi Ekonomi Dompet Dhuafa.
“Saya mencari-cari di internet mengenai Call for Proposal yang sekiranya dapat membantu kami dalam menjalankan kegiatan tersbut. Melihat potensi yang ada, ternyata di sini kita dapat melakukan budidaya ikan Bobara yang merupakan salah satu komoditas yang potensional di sini. Akhirnya proposal kami pun disetujui oleh Dompet Dhuafa,” ujar Hendri.
Kini, Hendri dan KSM Kinate mendapatkan bantuan berupa modal, pendampingan, dan edukasi bagi para nelayan.
“Hal tersebut berangkat dari kerisauan para nelayan akan jeratan hutang yang mengelilingi mereka. Padahal mereka memiliki potensi untuk bisa lebih berkembang. Akhirnya tim divisi ekonomi Dompet Dhuafa pun membantu mereka dalam program pendampingan berupa pembekalan GPS untuk pemetaan lokasi penangkapan ikan. Juga memberikan pendampingan dan edukasi tentang budidaya ikan bobara dengan sistem karamba,” ujar Dimas, tim ekonomi Dompet Dhuafa.
Kini, para nelayan bisa sedikit demi sedikit memperbaiki kondisi ekonominya. Tidak lagi bergantung pada ikan tangkapan laut, mereka juga kini mendapatkan penghasilan tambahan dari mengelola tambak ikan Bobara secara swadaya.
Kisah dari Wakatobi tersebut menjadi salah satu bukti besarnya manfaat zakat. Lewat zakat yang disalurkan lewat Dompet Dhuafa, kemandirian dan peningkatan kualitas hidup masyarakat dapat terwujud. Berawal dari zakat, puluhan nelayan yang terjerat hutang kepada tengkulak, kini dapat tersenyum karena hidupnya mulai membaik dan bisa keluar sedikit demi sedikit dari lingkaran setan kemiskinan. (Dompet Dhuafa/Dea)