BOGOR — Berdasarkan studi “Most Littered Nation In the World” yang dilakukan oleh central Connecticut State University, pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan duduk di peringkat ke-60 dari 61 negara perihal minat baca. Hal ini memperlihatkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Bahkan jauh di bawah negara-negara maju. Padahal membaca adalah salah satu jendela masuknya ilmu pengetahuan.
Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga masyarakat yang peduli dengan kondisi pendidikan, melihat bahwa minat baca merupakan salah satu hal penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Salah satu divisi Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sumber-sumber pembelajaran baik yang cetak maupun audio visual, yaitu Pusat Sumber Belajar.
Pusat Sumber Belajar berdiri sejak 2004 di Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Pada mulanya, PSB merupakan salah satu fasilitas penunjang pembelajaran di sekolah SMART Ekselensia Indonesia. Namun pada tahun 2012, PSB resmi dibuka untuk umum dengan gedung dan fasilitas yang lebih luas, lengkap, dan representatif.
“PSB merupakan perpustakaan umum yang fokus pada pengembangan literasi masyarakat. Baik sekolah-sekolah, anak-anak, remaja, maupun dewasa. Semua program di PSB mempunyai semangat yang sama, yaitu semangat ‘gemari baca’, gerakan masyarakat untuk menyenangi membaca,” ujar Eko Sriyanto, Supervisor PSB Dompet Dhuafa Pendidikan.
Sejauh ini, PSB Dompet Dhuafa memiliki perpustakaan, ruang micro teaching, ruang audiovisual, dan tahun ini berencana untuk membangun pusat koleksi alternatif yaitu ZISWAF Corner. ZISWAF Corner nantinya menyediakan koleksi dan referensi buku-buku terkait Zakat, Infk, Sedekah, dan Wakaf, baik yang bersifat teoritis maupun praktisnya.
Program PSB secara umum dibagi menjadi dua kategori yaitu perpustakaan dan pengembangan jaringan literasi.
“Untuk program terkait dengan perpustakaan, kita berjalan seperti perpustakaan pada umumnya yaitu sirkulasi buku. Adapun program lainnya yaitu bibliotheraphy dan komunitas alternatif. Sedangkan program kategori pengembangan jaringan literasi dan media pembelajaran, kita memiliki program yaitu penyediaan media pembelajaran dan pembinaan Komunitas Media Pembelajaran (KOMED). Komunitas ini diikuti oleh guru-guru yang mayoritas merupakan guru SD. Program ini mempunyai laboratorium arsip media pembelajaran sekolah di dalam bangunan PSB. Program lainnya adalah pendampingan perpustakaan sekolah. Hingga sekarang, jumlah sekolah yang sudah kita dampingi adal 11 sekolah. Ada pula duta gemari baca, yaitu anak-anak muda yang memiliki kepedulian akan literasi,” tambah Eko.
Tahun ini, salah satu program yang akan terus dikembangkan adalah Sekolah Masjid Literasi. Konsepnya adalah sekolah pelengkap berkualitas dengan biaya terjangkau yang bertempat di masjid. Di sekolah ini nantinya para murid akan didorong untuk memiliki akhlak yang baik dan melek akan literasi. (Dompet Dhuafa/Dea)