AUSTRALIA — Menjadi muslim yang baik di tengah komunitas muslim yang juga baik sebenarnya tidaklah sulit. Namun, menjadi muslim yang baik di tengah komunitas nonmuslim, apalagi di negara sekuler yang semua serba boleh asal suka sama suka, tentu membutuhkan perjuangan yang berat dan tekad yang kuat.
Ketika seseorang tergoda untuk melakukan sebuah maksiat, meski iman tidak cukup kuat untuk menolak godaan itu, setidaknya rasa malu pada keluarga dan masyarakat bisa menahan hasrat dosa itu. Namun di negara sekuler, justru maksiat itu yang datang menghampiri. Undang-undang yang berlaku pun tidak melarang. Tak ada keluarga yang melihat, juga tak ada rasa malu yang perlu ditimbang. Maka, hanya kekuatan iman saja yang akan jadi benteng pertahanan terakhir.
Karena itulah, komunitas-komunitas muslim yang ada di Australia menjadi sangat berarti dan memainkan peran yang sangat penting untuk menjaga imunitas iman dan tetap istiqamah dalam menjalani hari demi hari di Negeri Kanguru. Berbagai kegiatan pengajian, taklim, pendidikan untuk anak, dan sebagainya bagaikan oase di tengah padang pasir yang tandus.
Baca juga: Catatan Dai Ambassador Australia: Bazar Ramadan Lakemba Sydney Turut Diramaikan Nonmuslim
Bulan Ramadan 1444 H/2023 kali ini, Dompet Dhuafa mengutus Yendri Junaidi, Lc., MA sebagai Dai Ambassador untuk masyarakat muslim Tanah Air yang berada di Australia. Selama satu bulan penuh, ia mendampingi para muslim dan muslimat untuk menjadikan Bulan Ramadan semakin penuh dengan makna.
Tak ada rasa malu bagi seseorang untuk belajar Islam dari nol, meski terlahir dari keluarga muslim dan sudah lama menyandang label sebagai muslim. Ini yang Ustaz Yendri temukan pada sosok Pak Rudi, seorang permanent residence (PR) yang sudah puluhan tahun tinggal di Australia. Ia bergabung dengan kelompok kajian An-Nur yang dikelola oleh Dompet Dhuafa Australia yang dipimpin oleh Ustaz Cecep Solahuddin, Lc.
Sore itu, Minggu (9/4/2023), Ustaz Yendri membimbing Rudi yang sudah kepala lima belajar Iqra`. Tampak ia terbata-bata, tapi ia tak menyerah begitu saja. Semangat untuk segera bisa membaca Al-Qur’an terpancar dari wajah dan lantunan suaranya. Dengan sabar dan optimis, Ustaz Yendri membimbingnya perlahan-lahan. Hatinya pun tersentuh kala melihat semangat bapak-bapak yang usianya lebih tua dari dirinya untuk bisa memahami Islam lebih jauh lagi.
“Kita yang sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar hendaknya lebih bersyukur. Apalagi yang sudah hafal sekian juz Al-Qur’an. Bahkan bisa pula melantunkannya dengan irama yang indah dan suara yang merdu. Itulah nikmat yang sesungguhnya,” nasihat Ustaz Yendri kepada para jemaah lainnya.
Namun, kesyukuran itu mesti diwujudkan dalam amal nyata. Tidak boleh berhenti sebatas kata-kata saja.
Ustaz Yendri terus menerus, tak bosan, mengingatkan para jemaah agar semangat mengkhatamkan Al-Qur’an selama bulan mulia ini.
“Ramadan sudah hampir setengah berakhir, sudah berapa juz yang khatam?” tukasnya bernada tanya. (Dompet Dhuafa/Yendri Junaidi/Muthohar)