Catatan Kesehatan Tentang Berpuasa Selama Pandemi COVID-19 (Bagian 2)

SIARAN PERS, JAKARTA — Namun untuk tetap fit selama berpuasa, ada sejumlah catatan dari dr. Yenny Purnamasari MKM., selaku GM Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa. Dengan mengacu pada catatan tersebut, harapannya umat muslim dapat menjalankan puasa dengan baik dan tetap sehat. Berikut catatannya:

Asupan Gizi Seimbang

Ada empat pilar yang harus diperhatikan mengenai Gizi Seimbang: pertama, konsumsi makanan yang beragam. Dengan konsep Isi Piringku, satu piring makan setidaknya memuat aneka makanan, yakni karbohidrat (2/3 dari setengah piring), lauk-pauk(1/3 dari setengah piring), buah-bahan (1/3 dari setengah piring), kemudian sayuran (2/3 dari setengah piring). Kedua, biasakan perilaku hidup bersih. Salah satunya rajin mencuci tangan. Karena dengan rajin mencuci tangan akan mengurangi resiko terendap penyakit. Ketiga, melakukan aktivitas fisik. Minimal dalam sehari lakukan kegiatan fisik, entah itu berjalan ringan atau olahraga berat selama 30 menit. Keempat, pantau dan pertahankan berat badan normal. Dengan mempertahankan berat badan. Seseorang mampu mencegah dirinya dari penyakit tidak menular. Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi keseimbangan gizi di dalam tubuh adalah memiliki berat badan yang normal dalam Indeks Masa Tubuh (IMT).

"Baik sahur dan berbuka idealnya penuhi asupan diri dengan Gizi Seimbang. Namun dengan catatan untuk berbuka dianjurkan satu jam setelah adzan baru boleh mengkonsumsi makan-makanan berat. Tujuannya untuk mengondisikan dan membiasakan dahulu (agar tidak kaget:red) kondisi perut yang telah lama kosong," ujar dr. Yenny, melalui pesan singkat, pada Jumat (8/5/2020).

Hindari konsumsi minuman diuretik

Puasa mendorong seseorang untuk menjaga cairan tubuh selama beraktivitas. Namun jika mengonsumsi minuman sejenis teh dan kopi, terutama pada saat sahur. Dikhawatirkan akan membuat seseorang menjadi kekurangan cairan akibat efek dari minuman tersebut yang bersifat diuretik. 

"Selain itu ketika sahur alangkah baiknya hindari konsumsi minuman bersifat diuretik. Efek diuretik ini memicu untuk pengeluaran urin. Jika ini dikonsumsi, maka pengeluaran urin akan menjadi lebih sering. Sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan dehidrasi," lanjutnya.

Hindari gula yang berlebihan

Ketika berbuka puasa sebaiknya diawali dengan yang manis seperti kurma. Karena kurma memiliki kandungan gula fruktosa. Fruktosa sendiri adalah gula sederhana yang berbeda dengan kandungan gula dalam makanan lain yang harus diuraikan terlebih dahulu sebelum diserap tubuh. Fruktosa bisa dengan cepat dan langsung diserap oleh organ pencernaan, untuk kemudian dikirim ke seluruh tubuh. Namun untuk gula seperti glukosa sangat tidak dianjurkan. Karena kalau berlebihan akan menurunkan tingkat imunitas tubuh. Jika imunitas melemah, maka akan mudah terserang virus. 

"Dalam islam kita dianjurkan untuk berbuka dengan yang manis. Kata yang manis merujuk kepada fruktosa seperti kandungan kurma, bukan glukosa. Glukosa memang dibutuhkan tapi fruktosa yang cepat diserap tubuh kita. Sehingga kondisi kita yang sedang lemah atau kadar nutrisi yang kurang, bisa cepat pulih kembali. Jadi langsung diserap kemudian mengoksigenasi ke otak kita. Gula pasir atau sirup yang terlalu manis itu tidak dianjurkan," lanjut dr. Yenny.

Niat yang kuat

Dengan mempunyai niat yang kuat, itu nantinya tubuh akan beradaptasi. Jadi salah satu komponen kuat dan penting dalam berpuasa ialah terletak di bagian otak. Ketika otak diberi sugesti/niat yang kuat untuk berpuasa. Maka itu akan meredam stimulan-stimulan rasa lapar dan haus. Sehingga tidak menyebabkan tubuh kelelahan, karena menahan rasa tersebut. Terutama jika orang tersebut memiliki penyakit maag. Semakin kuat sinyal rasa lapar maka semakin banyak asam lambung yang diproduksi. Jadi semakin penting sekiranya untuk memiliki niat yang kuat. 

Istirahat yang cukup

Tidur yang cukup juga seringkali diabaikan. Padahal ini juga merupakan salah satu hal yang krusial dalam menjaga tubuh tetap fit menunaikan puasa, sambil menjaga kesehatan agar tidak mudah terserang COVID19. Biasakan tidur semalam itu 8 sampai 9 jam. 

Kelola stress

Di tengah kondisi krisis pandemi seperti ini, sangat wajar apabila orang merasa panik. Bahkan tidak sedikit mengalami depresi atau stress. Namun tidak semua orang bisa mengatur dengan baik emosionalnya. Jika pengelolaan diri sulit dilakukan, alangkah baiknya untuk mencari ahli dalam hal ini. Bisa ke psikiater atau ke layanan-layanan yang disediakan secara gratis. Karena semakin sulit mengelola depresi/stress, maka semakin besar pula pengaruhnya pada aktivitas puasa. Semakin depresi maka sulit menahan diri melawan nafsu. Pada akhirnya juga akan memberikan efek destruktif kepada diri: imunitas melemah dan mudah terserang penyakit. (Dompet Dhuafa/Fajar)