Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Kota Pekanbaru, Riau mengalami tren positif pada Sabtu pagi (10/10). Dengan kisaran angka 50-150 ISPU, udara Kota Pekanbaru berada dalam kategori sedang. Ini melegakan bagi seluruh warga Pekanbaru. Pasalnya, dua bulan lebih mereka akrab dengan udara berkategori Tidak Sehat, Sangat Tidak Sehat, dan Berbahaya.
Kondisi ini pun melegakkan bagi kami, tim Dompet Dhuafa dan Hitam Putih Trans7, yang baru tiba di Pekanbaru pada pukul 04.00 dini hari dari Bandar Udara Minangkabau, Padang Pariaman. Setelah perjalanan yang cukup menantang selama delapan jam penuh kelok—melewati kelok 9— dan tanjakan, kami tiba dengan kondisi udara Pekanbaru yang relatif bersahabat.
Rahmat Allah Azza wa Jalla atas turunnya hujan pada tiga malam sebelumnya menjadi sebab udara Pekanbaru membaik. Kendati demikian, kabut asap skala tipis masih terlihat. Pernapasan kami pun seakan “gegar budaya”. Kami menyesuaikan tempo nafas dalam udara berkabut asap dan itu amat mengganggu. Tak terbayangkan bagaimana saudara-saudara kita, warga Pekanbaru, selama dua bulan bernafas dalam udara menyengat berkategori sangat tidak sehat dan berbahaya.
Udara membaik kian menyemangati kami menyampaikan amanah donatur Dompet Dhuafa terkait program #MelawanAsap. Berlokasi di Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, kami menggelar Pos Sehat. Bersinergi dengan relawan medis dari Rumah Sakit Annisa Pekanbaru, kami membuka layanan konsultasi kesehatan, pengobatan, dan pemberian obat. Semua layanan diberikan cuma-cuma. Sebayak lebih dari 110 warga Kelurahan Sri Meranti menerima manfaat.
Wilayah Sri Meranti memang kami pilih menjadi salah satu wilayah digelarnya program #MelawanAsap. Selain memang belum terjamah bantuan, menurut Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Riau, Sunarto Pujakesuma,wilayah tersebut menjadi salah satu fokus wilayah program Dompet Dhuafa Riau lantaran termasuk zona terdapat banyak kategori mustahik dan layak dibantu. Hasil pemerikasaan menunjukkan, sebanyak 70 persen warga yang terlayani terkena penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), gangguan penglihatan, dan kulit.
Kehadiran layanan kesehatan Pos Sehat Dompet Dhuafa begitu dirasakan salah seorang ibu bernama Sartika (30), dan buah hatinya bernama Wahyu yang masih berusia 7 bulan. Sejak bencana kabut asap melanda, ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini bersama sang anak mulai mengalami gangguan kesehatan.
“Keluhan saya batuk dan rusak mata. Tangan saya juga kering. Kalo anak saya matanya perih. Sejak kabut asap, saya sesekali keluar rumah untuk berobat dan ambil air. Alhamdulillah Dompet Dhuafa buka layanan kesehatan, saya merasa terbantu. Semoga saya dapat obatnya,” ungkap Sartika.
Di wilayah yang sama, kami pun menggelar program Homeschooling. Program Homeschooling adalah program sekolah rumah yang memberikan panduan kepada orang tua dalam mendampingi anak yang terpaksa diliburkan sekolahnya karena kabut asap. Program ini melibatkan DD Volunteer Riau dan relawan bimbel gratis DD Riau.
Sejauh ini terdapat 13 rumah yang dikunjungi dari target 30 rumah. Diharapkan program ini dapat membantu siswa dan orang tua siswa tetap mendapatkan asupan pelajaran dan pendidikan selama berada di rumah.
Samsinar (38), ibu dari Aulia Mawaddah (10), bocah kelas 4 SD salah seorang penerima manfaat program homeschooling merasa terbantu. “Program ini membantu kami karena sudah 3 minggu sekolah anak kami diliburkan,” ujarnya.
Hal tersebut membuat sebagian besar orang tua khawatir. Terlebih sebentar lagi ada ujian tengah semester dan persiapan ujian semester. Hadirnya program Homeschooling sedikit mengurangi kekhawatiran para orang tua siswa sehingga anaknya bisa tetap belajar.
Para donator Dompet Dhuafa di antero belahan bumi, terima kasih sudah mempercayakan kami untuk menyalurkan donasi Anda. Semoga diberi keberkahan dan balasan berlipat. Aamiin. Tabik! (gie)