JAKARTA — Pertengahan tahun, menjadi awal perjalanan panjang tersebut. Berdakwah dengan berlayar bersama kapal laut menjadi misinya. Malam itu, dengan kereta api, saya dari Semarang bertolak ke Graha Zakat Dompet Dhuafa. Setelah itu, perjalanan dakwah di lautan dari Jakarta menuju Makassar, menjadi tugas yang akan saya emban kedepannya. Briefing singkat dengan tim Corps Dai Dompet Dhuafa, kemudian berangkat menuju pelabuhan Tanjung Priok, untuk selanjutnya berlayar bersama KM Nggapulu.
Siang itu, Rabu (3/7/2019), menjadi awal perjalanan Dai Samudera. Setelah menyelesaikan proses pemeriksaan tiket, masuklah tim Dai Samudera ke KM Nggapulu. Kapal penuh dengan penumpang hingga kehabisan seat. Selanjutnya, masjid atau mushola-lah yang kami cari. Berkeliling deck kapal, akhirnya menemukan mushola yang lumayan besar bernama Ar Rouf. Seusai menjalankan ibadah, tim bertemu dengan DKM Mushala bernama Bonadi. Tujuan kami untuk bersilaturrahim dan memperkenalkan diri bahwa Dai Samudera program dari Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa), akan turut berdakwah di sepanjang pelayaran kapal tersebut.
Dari DKM mushala menyambut dengan hangat dan akhirnya berbincang seputar program Cordofa dan Dompet Dhuafa secara umum,serta menjelaskan tujuan keberadaan di kapal tersebut. Kemudian juga menerangkan terkait kegiatan setibanya tim Dai Samudera di Makassar. Selepas shalat berjamaah, kami bertemu dengan Jamaah Tabligh yang menyambut dengan ramah, dan terjadilah diskusi ringan nan menyenangkan. Mereka rencana akan pulang ke Ambon, dan bercerita tentang Jamaah Tabligh, serta rencana pertemuan Jamaah Tabligh baik se-Indonesia maupun sedunia di India.
Selain di mushola kapal, kami berinisiatif untuk berkeliling kapal. Karena ini memang pengalaman pertama naik kapal laut. Di luar mushola bertemu dengan orang Purwodadi yang sedang perjalanan dinas, Darwanto namanya. Ia tengah asik berbincang dengank Amirudin yang hendak pulang ke Bau-Bau. Keduanya ternyata juga baru pertama naik kapal laut, seperti halnya kami.
Selepas berkeliling dan bertemu dengan beberapa penumpang kapal, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17. 53 WIB. Tibalah saatnya kami mempersiapkan ibadah shalat Maghrib dan Isya. Untuk hari pertama memang kami tidak banyak ikut andil. Karena secara keseluruhan sudah ada Jamaah Tabligh, baik muadzin maupun imam shalat. Kajian hari pertama kami hanya mengikuti dengan seksama rangkaian yang diadakan dan diisi oleh Jamaah Tabligh. Selepas kajian, melalui perantara pengurus mushola, kami dipertemukan dengan Wakil Kapten Kapal, beliau bernama Guntur, sehingga tidak perlu lagi kami menemui kaptennya.
Awal mula bertatap muka, beliau tidak tahu sama sekali apa itu Cordofa atau Dai Samudra. Jangankan Cordofa, Dompet Dhuafa yang sudah 26 tahun saja, beliau belum tahu. Akhirnya dengan pengetahuan yang kami miliki, kami jelaskan gambaran umum tentang Dompet Dhuafa dan Cordofa maupun tentang program Dai Samudera, serta kegiatannya. Selepas diskusi alhamdulillah kami diminta istirahat di kamar 119, kamar salah satu ABK. Alhamdulillah mendapatkan tempat istirahat yang bagus. Sehingga dapat mempersiapkan silaturahim di hari berikutnya. (Dompet Dhuafa/Cordofa/Totok Hadi Fitoyo)