ASMAT,PAPUA–Relawan kemanusiaan merupkan suatu pekerjaan yang amat mulia. Apapun profesinya, berapapun usianya, tak mengenal latar belakangnya. Adalah satu kebahagiaan tersendiri bagi yang menjalaninya. Pun demikian bagi Sri Nirwana, yang biasa dipanggil Whana, seorang bidan muda di Jayapura, jiwanya terpanggil memenuhi panggilan kemanusiaan saudara-saudaranya di tanah Asmat yang membutuhkan bantuannya sebagai tenaga kesehatan.
Kesehariannya yg ceria, membuat Whana dekat dengan anak-anak keluarga Asmat. Kedekatannya dengan anak2 membuatnya seakan melupakan sejenak rencananya untuk menikah dengan seorang perwira TNI AD. Gadis Bugis ini seakan tak mempedulikan kebutuhan pribadinya demi membahagiakan anak2 suku Asmat.
Spesialisasinya dibidang persalinan membawanya menelusuri distrik demi distrik di Kabupaten Asmat ini yang terpisahkan oleh sungai-sungai yang lebar. Perjalanannya antar distrik ditempuh dengan menggunakan speedboat tanpa rasa takut untuk menemui para ibu dan anak2 keluarga Asmat. Misinya sosialisasi dan pemeriksaan gizi bagi para ibu dan anak tak mudah untuk dijalankan. Para keluarga suku Asmat masih banyak yang belum menyadari tentang pola hidup sehat. Inilah tantangan Whana dalam menjalankan tugasnya.
Namun begitu, ia tak kenal lelah, baginya pekerjaan ini adalah ibadah yang menjadi tabungan kelak untuk masa depannya. Karir hebat bukanlah cita-cita Whana, membantu sesama lebih ia cintai daripada hidup nyaman di kota besar.
Hari demi hari dilaluinya di Agats dengan rasa sedih yang kadang menghinggapi. Waktu pernikahan yang makin mendekat tak menyurutkan tekad dan langkahnya. Sang calon suami yang kini sedang menjalani pendidikan keperwiraan di kesatuan TNI AD sering menyemangatinya, “jika kau mau bekerja membantu orang lain, bantulah sepenuh hati, kau akan mendapati manis kemudian,” nasihat indah sang calon imam rumah tangga yang selalu diceritakannya kepada kami, relawan kemanusiaan Dompet Dhuafa.
Disarikan oleh Dian Mulyadi, KM Lauser, Agats – Timika, 21022018