Cerita Maya Rosmayati: Kisah Pengolah Hanjeli Termuda

SUMEDANG — Dua perempuan kakak-beradik, tengah menyiapkan barisan piring. Mereka menata perlahan-lahan sambil menaruh makanan ringan di atas piring tersebut. Ada bubur, lemper hingga teng-teng. Semua itu merupakan hasil olahan dari tanaman hanjeli.

Baru diketahui salah seorang perempuan tersebut bernama Maya Rosmayati. Perempuan kelahiran Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, masih berusia 17 tahun. Menurut cerita Anisah, selaku ketua Koperasi Warga Tani (KWT) Pantastik yang fokus dalam pengolahan pangan Hanjeli. Maya merupakan anggota termuda.

“Ia yang paling muda, khusus di bagian pengolahan. Belum di bagian budidaya,” ungkap Anisah, di sela-sela perbincangan.

Secara resmi, Maya memang baru bergabung di tanggal 24 Oktober 2019 yang kala itu KWT Pantastik sedang menggelar seminar-seminar tentang Hanjeli di Desa Sukajadi. Namun perkenalannya dengan koperasi tersebut sudah jauh sebelum-sebelumnya.

“Ibu dan nenek juga anggota. Jadinya saya juga mengenal dan belajar sedikit-sedikit dari mereka,” jelas Maya.

Setelah lulus dari sekolah menengahnya, ia langsung bergabung dengan koperasi. Hingga kini ia sudah bisa membuat aneka makanan ringan berbahan Hanjeli.

“Kemarin sempat buat teng-teng Hanjeli. Biasanya dari beras kan. Tapi saya coba pakai Hanjeli. Bikin rengginang juga sama bikin lemper. Walaupun tetap masih mendapat bantuan dari ibu dan nenek,” tambah Maya.

Menurutnya, masih banyak yang belum tahu tentang khasiat dan Hanjeli itu sendiri. Itulah mengapa dia memutuskan untuk memilih koperasi sebagai tempat pratek kerja dari sekolah menengahnya.

“Teman-teman sekolah banyak yang belum tahu. Makanya pas saya ajak ke sini, mereka pada kaget. Ternyata ada Hanjeli yang bisa menjadi pengganti nasi,” ujar Maya.

Sambil bercerita, Maya terus mengenalkan makanan-makanan buatannya. Seraya koki yang sedang presentasi hasil masakannya sendiri. Lalu diakhir perbincangan, Maya juga menjelaskan,” Rencana ke depan mau kuliah. Biar bisa kembangin lagi Hanjeli dan Kecamatan Wado, khususnya desa ini. Biar menjadi tempat agrowisata Hanjeli. Jadi nggak hanya orang Indonesia saja yang datang ke sini. Orang dari luar negeri juga datang. Harapan saya begitu sih”. (Dompet Dhuafa/Fajar)