Cerita Wisudawan SMART Ekselensia Asal Bima, Dari Awam Teknologi Hingga Ingin Majukan Sumber Daya Lokal

BOGOR — Salah satu Wisudawan SMART Ekselensia Indonesia, Dendi Anugrah Pratama (17), sempat merasa kaget dan minder saat awal bersekolah di SMART Ekselensia Indonesia Bogor, 5 (lima) tahun silam. Pria asal Bima, Nusa Tenggara Barat, itu mengaku, di tempat asalnya Desa Rupe, Kec. Langgudu, Kab. Bima, belum mengenal teknologi (gadget), Bahasa Inggris, maupun Bahasa Arab, dari sekolah sebelumnya.

“Waktu SD itu fasilitas pembelajaran kurang memadai. Sempat ada keinginan untuk balik lagi ke Bima karena sekolah disini seperti berat dan beban. Tapi teman-teman ikut menguatkan, dan orang tua sempat bilang, kalau di Pulau Jawa itu banyak sekolah yang melahirkan orang-orang besar,” aku Dendi.

“Sekarang gak kerasa, sudah wisuda. Orang tua ingin sekali datang kesini, tapi tadi hadir lewat Zoom Us,” tambahnya.

Baca Juga: https://www.dompetdhuafa.org/wisudawan-terbaik-angkatan-xiv-smart-ekselensia-anak-petani-terinspirasi-b-j-habibie/

Ya, perhelatan Wisuda Angkatan XIV berlangsung secara hybrid (daring dan luring) di pelataran halaman LPI (Lembaga Pengembangan Insani) Dompet Dhuafa, Kemang, Bogor. Dengan tajuk “Generasi Berprestasi, Berakhlak Mulia, Berdaya Guna” tersebut, rangkaian Wisuda digelar pada Rabu (25/5/2022).

Meluapkan rindu dalam cerita, Dendi mengingat orang tuanya yang demokratis, tidak terlalu keras tapi tetap memantau. Mendampingi dan mencari solusi bersami ketika ada masalah. Anak pertama dari 4 (empat) bersaudara itu juga mengakui, kedisiplinannya hidup di asrama selama sekolah di SMART Ekselensia, membuatnya terbiasa ketika pulang ke Bima sekali dalam setahun saat liburan semester.

“Kangen banget sama orang tua. Terakhir pulang ke Bima tahun 2021, 3 (tiga) minggu disana. Saat pulang itu, orang tua seperti menunggu-nunggu, dibangga-banggakan kepada keluarga dan tetangga. Mereka melihat sedikitnya perubahan saya yang lebih disiplin, terbiasa bangun jam 3 pagi untuk solat subuh,” jelas Dendi.

Sejak pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia, sang ayah yang bekerja di sebuah perusahaan swasta, kini bertani kacang dan jagung. Sedangkan sang ibu merupakan seorang Guru honorer sekolah dasar. Jauh dari kampung halaman, bukan halangan Dendi untuk mendaftarkan diri ke SMART Ekselensia untuk kulakan ilmu di Pulau Jawa.

“Ibu saya itu kalau pergi ngajar ke SD, harus menyeberang laut. Karena lokasinya ada di desa di ujung tanjung. Bahkan, kadang menetap di desa itu. Jadi kami terbiasa jauh dan lebih sering hidup bersama nenek. Nah, dapat info sekolah SMART dari tetangga. Orang tua mencari tahu, akhirnya kami daftar,” ungkap Dendi.

Baca Juga: https://www.dompetdhuafa.org/helat-wisuda-angkatan-xiv-smart-ekselensia-indonesia-cetak-generasi-mumpuni-dan-lepas-33-siswa-terbaiknya/

“Tempat saya itu pelosok, banyak sumber daya alam atau pariwisatanya yang bagus, tapi kurang terdengar. Jadi, sekarang salah satu cita-cita saya ingin memajukan daerah asal, mengangkat sumber daya lokal di sana,” pungkasnya, optimis. (Dompet Dhuafa / Dhika Prabowo)