Pulang ke Tanah Air, Dai Ambassador Dompet Dhuafa Gelar Sarasehan dan Evaluasi

sarasehan-dan-evaluasi-dai-ambassador

JAKARTA — Selama lebih dari satu bulan, tepatnya pada Bulan Ramadan 1444 H/2023 M, sebanyak 24 Dai Ambassador Dompet Dhuafa menyebar ke 12 negara untuk melakukan misi dakwah Islam. Sepulangnya mereka ke Tanah Air, Departemen Layanan Dakwah Dompet Dhuafa pun kembali mengumpulkan para Dai dalam sebuah forum evaluasi program.

Pada 17—18 Mei 2023, bertempat di Hotel Amaris La Codefin, Kemang, Jakarta Selatan, Dompet Dhuafa menggelar Sarasehan dan Evaluasi Dai Ambassador 2023 dengan tema “Next Da’wah Dompet Dhuafa.” Agenda ini sekaligus sebagai bentuk acara Halal bi Halal Idulfitri 1444 H/2023 M bagi para Dai Dompet Dhuafa.

Pada kesempatan itu, Ahmad Pranggono selaku SO Layanan Dakwah Dompet Dhuafa menyampaikan bahwa Program Dai Ambassador ini sudah berjalan selama 10 tahun. Hingga kini, program tersebut masih terus berjalan dan berkembang. Hal ini, menurutnya, karena dipengaruhi oleh tiga faktor misi dakwah Dompet Dhuafa, yakni dakwah islamiyah, dakwah wathoniyah indonesiah, dan dakwah ziswaf.

Baca juga: Apresiasi Dakwah Dai Ambassador Dompet Dhuafa di Thailand, Dubes RI Berpesan: Jaga Kewibawaan Islam

sarasehan-dan-evaluasi-dai-ambassador
Para dai berkumpul mengikuti acara sarasehan dan evaluasi.
sarasehan-dan-evaluasi-dai-ambassador
Penyampaian laporan dari salah satu dai.

“Tiga hal ini dikemas dalam sebuah Program Dai Ambassador. Pada pelaksanaanya, mereka tidak hanya melakukan dakwah saja, melainkan juga melakukan workshop serta pendekatan mengenai filantropi Islam. Kemudian juga membuka layanan untuk konsultasi, baik individu maupun keluarga,” ujarnya.

Program Dai Ambassador 2023 yang melibatkan 24 dai di 12 negara telah membuahkan sederet capain. Salah satunya, para dai berhasil merangkul jemaah dengan total sebanyak 16.215 jemaah. Sebaran jemaah Dai Ambassador tersebut di antaranya, sebanyak 2.896 di Australia, 600 di Thailand, 1.680 di Filipina, 846 di Malaysia, 871 di Hongkong, 3.280 di Jepang, 846 di Malaysia, 1.515 di New Zealand, 178 di Kaledonia Baru, 892 di Prancis, 700 di Belanda, 949 di Timor Leste, dan 1.718 di Suriname.

Baca juga: Terima Energi Dakwah Baru, KMI Fukuoka Sepakat Lanjutkan Program Dakwah Dai Ambassador Dompet Dhuafa ke Pedalaman Jepang

Dengan adanya evaluasi ini, Dompet Dhuafa akan merangkum hasilnya menjadi sebuah rekomendasi untuk meningkatkan program lanjutan. Nantinya juga, Layanan Dakwah Dompet Dhuafa akan menyelenggarakan program dakwah di luar bulan Ramadan, yaitu dapat berupa program Pusat Belajar Mengaji (PBM) ataupun international online course.

“Ini akan menjadi lanjutan dari hasil sarasehan dan evaluasi ini,” kata Ahmad.

sarasehan-dan-evaluasi-dai-ambassador
Ahmad Pranggono selaku SO Layanan Dakwah Dompet Dhuafa.
sarasehan-dan-evaluasi-dai-ambassador
Para dai yang mendapatkan penghargaan: (kiri ke kanan) Abdul Kholiq Hasan, Luqman Hakim, Yendri Junaedi, Ahmad Pranggono, Luqmanul Hakim Abubakar, Dasram Effendi.

Di sela acara, Dompet Dhuafa memberikan penghargaan kepada dai-dai yang paling aktif menulis perjalanan dakwahnya selama berada di negara penugasan. Tulisan-tulisan tersebut juga telah dimuat pada situs web www.dompetdhuafa.org/kabar.

Herman Budianto selaku GM Departemen Dakwah, Budaya, & Lingkungan Dompet Dhuafa turut menyampaikan bahwa Program Dai Ambassador menjadi strategi Dompet Dhuafa dalam upaya mengembangkan dakwah Islam di kancah internasional, sekaligus menjadi strategi untuk menarik WNI yang ada di luar negeri supaya bersentuhan dengan Islam secara baik.

Baca juga: Dai Ambassador Dompet Dhuafa Ditunjuk Jadi Wali Nikah WNI dengan Seorang Mualaf di Paris

“Generasi anak-anak bangsa yang ke sekian ini yang ada di luar negeri sana, tentu semakin banyak berbenturan dengan berbagai macam budaya-budaya luar. Sehingga perlu kita tarik kembali dengan dakwah-dakwah keislaman,” tuturnya.

Herman kemudian menjelaskan, tantangan program ini ke depannya adalah pada era disrupsi di mana strategi dakwah harus terus diperbaiki dan diperbaharui. Sebab, banyak juga di luar negeri yang kecanggihan teknologinya lebih maju. Sehingga kita perlu untuk terus memperbaharui metode-metode dakwah yang sesuai. (Dompet Dhuafa/Muthohar)