Ustad Azzam salah satu Dai Ambassador Cordofa Dompet Dhuafa yang kini melangsungkan dakwah di Negeri Jiran, Malaysia. (Foto: Dompet Dhuafa)
Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang mencari nafkah di negara-negara tetangga tak hanya meningkatkan devisa negara. Lebih dari itu, gelar pahlawan devisa yang disematkan pada pundak TKI seakan menjadi boomerang atas kehidupan mereka.
Sedikitnya lapangan pekerjaan dan rendahnya jenjang pendidikan mereka di Indonesia mengharuskan mereka menjadi pekerja kasar di negeri orang. Menghindar dari petugas imigrasi negara tujuan menjadi langkah awal untuk menggapai harapan mereka.
Tak ingin menghidupi keluarga dengan nafkah yang tak halal, menjadi buruh bangunan, pembantu rumah tangga, dan pekerjaan-pekerjaan kasar lainnya merupakan pilihan yang tepat. “Pekerjaan itu mereka lakukan dengan upah di bawah standar yang ada di Malaysia. Mereka pun harus bekerja sembunyi-sembunyi dari petugas imigrasi,” jelas Azzam At-Tsauri, Dai Ambassador Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) yang kini melangsungkan dakwah di Negeri Jiran, Malaysia.
Kedatangan para TKI ke Malaysia tak sedikit yang melalui jalur resmi, banyak dari para TKI yang masuk ke Malaysia secara ilegal. Bukan tak mendapatkan masalah mereka hidup secara ilegal di negeri orang, hampir setiap waktu mereka merasa dikejar-kejar petugas imigrasi.
Sudah jatuh tertimpa tangga agaknya pas untuk disandingkan dengan kehidupan para TKI di sana. Pekerjaan kasar yang dilakukan sehari-hari masih belum ada apa-apanya. Selama berbulan-bulan bekerja, mereka kerap kali tak mendapatkan upah.
Menurut Azzam seringkali kontraktor bekerja sama dengan polisi imigrasi untuk menggeledah bedeng-bedeng TKI di tempat bangunan utk merazia izin visa mereka. “Karena mereka ilegal, akhirnya mereka sampai kabur bersembunyi di hutan agar tidak ditangkap polisi imigrasi,” terang Azzam.
Dari keadaan yang seperti itu, Azzam yang melaksanakan dakwah di Negeri Jiran mencoba mendengarkan keluhan para TKI ilegal. Ramadhan kali ini Azzam menjadi salah satu Dai Ambassador Dompet Dhuafa yang berdakwah dengan melintas batas.
Dakwah yang Azzam lakukan kini menembus batas ruang kenyamanan. Ia blusukan hingga ke pinggiran Negeri Jiran demi mendengar problematika yang dialami TKI ilegal. “Tak hanya mendengar, kami juga berkonsultasi dan berdiskusi dengan beberapa Warga Nasional Indonesia (WNI) di Malaysia yang sudah menetap lama untuk mencari solusi,” ucapnya saat dihubungi melalui pesan singkat Whatsapp pada Senin (22/6).
Cara yang Azzam lakukan untuk berdakwah cukup unik. Ia mencoba mengenyangkan perut jamaah agar mau mendengarkan tausiyahnya. “Saya melakukan pendekatan ifthar jama’i, karena saat ifthar jama’i lah saatnya para TKI ilegal bisa makan enak,” jelasnya.
Jamaah Azzam tak hanya para TKI ilegal, Azzam juga berdakwah di komunitas ekspatriat. Dalam dakwahnya di kalangan ekspatriat, ia menggunakan pendekatan kajian subuh. “Mereka sudah harus beraktifitas jam 7 pagi, sementara subuh di Malaysia baru selesai jam 6.15. Di sela-sela waktu itu saya berdakwah,” papar Azzam.
Meskipun di tengah-tengah kesibukkan mencari nafkah di negeri orang, para TKI menunjukkan sikap yang baik untuk bersama-sama mencari ilmu dalam dakwah yang dijalani Azzam. “Alhamdulillah antusiasme mereka sangat baik, apalagi ditambah dengan acara buka puasa bersama,” imbuh Azzam. (Gita)
Editor: Uyang