DEMAK — Ernawati (34) atau biasa disapa Erna, merupakan ibu dari dua anak bernama Teguh Rahayu Slamet (13), dan Akhmad Sabiq Habibie (5). Sudah dua tahun ia berusaha, membanting tulang sendiri demi menghidupi keluarga. Semua Erna lakukan lantaran ia memutuskan untuk berpisah dengan suaminya. Saat ini ia tinggal di Gang Kramat Jati, Dusun Kedunguter RT 02 RW 03 Kelurahan Kedunguter, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak. Rumah tersebut adalah milik orangtua dari Erna.
Dulunya, Erna merupakan orang berada ketika menikah dengan mantan suaminya. Saat itu ia tinggal sekaligus berjualan warung kelontong di daerah Krapyak, Kota Semarang. Namun nasibnya tak beruntung, suaminya seringkali berbohong hingga uang hasil jualan diambil tanpa sepengetahuannya untuk keperluan lain yang juga tak ia ketahui.
Akhirnya Erna memutuskan untuk berpisah dan hidup mandiri. Namun masih menumpang di rumah orang tuanya. Ia hanya menumpang untuk makan dan tempat tinggal saja dengan orang tua. Namun untuk kebutuhan lainnya seperti sekolah anak, ia harus mencari nafkah seorang diri.
Seminggu lalu, Erna berhenti berjualan karena kehabisan modal usaha. Lalu ia memutuskan untuk bekerja di Pelabuhan Tanjungmas dengan gaji Rp 50.000 per hari. Sebenarnya Erna juga terlilit hutang di rentenir sebesar Rp 2.500.000,- (pokok pinjaman) belum lagi ditambah bunga yang harus dibayarkan setiap minggu 10% dari pokok pinjaman (Rp 250.000,-). Tak hanya itu, ia juga memiliki hutang di bank, yang setiap minggunya ia harus membayar Rp 100.000,-.
Ibu Erna setiap harinya bekerja di sawah, sedangkan bapaknya bekerja sebagai buruh. Penghasilannya pun tak menentu, sehingga orangtuanya tidak dapat membantu membayar hutang anaknya. Tiga saudara kandung Erna yang tinggalnya berdekatan dengannya juga tak mau membantu dengan alasan sudah memiliki keluarga dan mempunyai kebutuhan masing-masing.
Dengan kondisi yang sangat terhimpit, Erna sempat putus asa. Qadarullah, ada orang yang berbaik hati datang menemuinya di RS Kariadi, merekomendasikan untuk mencoba mencari bantuan melalui Dompet Dhuafa.
Erna pun bukanlah perempuan yang sempurna, kondisi fisik (kaki) yang cacat mengharuskannya berjalan pincang. Semasa kecil, ia pernah terjatuh dari tangga dan mengakibatkan patah tulang pada kaki sebelah kirinya. Sehingga ada beberapa bagian tulang yang harus dipotong oleh dokter.
“Kalau saya boleh pilih, saya mending jualan lagi mbak (rujak, es dan sosis) daripada saya bekerja di Pelabuhan uang saya habis cuma buat bayar bunga di rentenir. Karena setiap dua minggu sekali saya belanja hanya mengeluarkan Rp 400.000 saja, dan perhari saya bisa dapat Rp 100.000 keuntungannya,” ujar Erna.
Selang seminggu setelah melalui proses survey dan assesment dari tim Dompet Dhuafa Jawa Tengah. Akhirnya pada Selasa (18/9), Dompet Dhuafa Jawa Tengah, kembali mendatangi rumah Erna untuk mentasyarufkan modal usaha amanah para donatur Lembaga Filantropi Islam tersebut. Sehingga keinginannya berjualan dapat terlaksana kembali secepatnya. (Dompet Dhuafa/Jateng)