Mengabdi menjadi guru di pedalaman yang jauh dari fasilitas kota. Tidak semua pemuda mau melakoninya.Namun tidak bagi Ahmad Lizamuddin. Pria asal Demak, Jawa Tengah ini justru ingin bergerak melakukan sesuatu demi perubahan bangsa ke arah yang lebih baik lagi. Kecintaannya dalam dunia pendidikan membuat Lizam, demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini memantapkan hati, untuk bergabung dengan Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa.
Lizam bercerita, sebelum bergabung dengan SGI Dompet Dhuafa, ia sempat mengikuti tes di beberapa program pengabdian yang penugasannya berada di wilayah pelosok Indonesia. Namun, ia selalu gagal. Meski demikian, ia tak surut langkah dalam mewujudkan keinginan terbesarnya itu. Berbagai upaya pun terus dilakukannya, hingga akhirnya Lizam lolos dalam serangkaian tes untuk bergabung dengan Sekolah Guru Indonesia (SGI) angkatan V yang diadakan oleh Dompet Dhuafa pada 2013.
“Saya melihat, anak-anak yang tinggal di wilayah pelosok pun berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, baik dalam sarana dan fasilitas, terutama SDM tenaga pengajar. Maka, atas dasar itu, saya memantapkan diri untuk mengabdi menjadi relawan guru,” ungkap Lizam, saat dihubungi pada Kamis (5/11).
Setelah bergabung dengan SGI Dompet Dhuafa, SarjanaIAIN Walisongo, Jurusan Tadris Bahasa Inggris iniditempatkan di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, sebagai tenaga pengajar di salah satu Sekolah. Saat bertugas di wilayah yang cukup pelosok ini, Lizam berusaha terbiasa dengan keterbatasan yang dirasakannya selama mengabdi di wilayah tersebut mulai dari, minimnya aliran listrik, dan jaringan komunikasi yang sulit dijangkau, dan kelangkaan air bersih bila musim kemarau tiba.
“Hidup di perbatasan memang sangatlah sulit dan banyak rintangan yang dirasakan. Namun, saya ikhlas menjalani ini semua. Karena memang pada dasarnya saya memang ingin mengabdi,” ujar pemuda berusia 29 tahun ini.
Dengan diterima sebagai pengajar, Lizam berharap bisa memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pendidikan puluhan anak-anak didiknya. Bagi Lizam, mendidik seperti menerangi kegelapan, motto hidup itulah yang selalu terpatri dalam benaknya selama ini.
“Dengan mendidik, saya ikut menyalakan lilin untuk mengusir kegelapan kebodohan anak-anak, yaitu kegelapan dari masa depan mereka dan perilaku-perilaku buruk,” ujarnya bersemangat.
Pasca mengabdi selama setahun dalam program SGI Dompet Dhuafa, misi kemanusiaan Lizam dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa terus berlanjut. Saat ini, Lizam menjadi coordinator of educational program Dompet Dhuafa.
Tak hanya itu, di saat Dompet Dhuafa melakukan kontribusi untuk membantu pengungsi Rohingya di bidang pendidikan di Aceh, Lizam pun dengan senang hati mengabdi kembali sebagai tenaga pengajar dalam Program School for Refugees, yang ditempatkan di wilayah Langsa.
Di sana, pelajaran difokuskan untuk anak-anak usia 7-12 tahun. Adapun mata pelajaran yang diajarkan meliputi Bahasa Inggris, matematika, kesenian dan kerajinan tangan (life skill). Sedangkan di Bayeun khusus remaja dan wanita dengan mata pelajaran meliputi Bahasa Inggris, life skill, dan promosi kesehatan. Tenaga pengajar ditangani oleh relawan yang sudah direkrut dan dilatih oleh tim Disaster Management Centre (DMC) Dompet Dhuafa.
Mengajarkan sesuatu kepada anak-anak pengungsi Rohingya dengan latar belakang bahasa dan kultur yang berbeda menjadi hambatan sendiri di School For Refugees ini. Namun, pesan pengajaran tetap bisa diterima anak-anak pengungsi.
“Mereka sangat antusias dan senang belajar bersama para guru relawan school for refugees Dompet Dhuafa,”
Dengan demikian, sosok Ahmad Lizammudin ini bisa menjadi panutan bagi generasi penerus bangsa dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik untuk bangsa ini. Khusus dalam bidang pendidikan, menurutnya semua warga negara indonesia khususnya usia school age sudah sewajarnya mendapatkan hak mereka untuk menikmati pendidikan yang lebih layak.
“Semoga ke depan, generasi muda bangsa ini nantinya semakin berkontribusi sesuai kapasitas masing-masing untuk membangun negeri ini,” harapnya. (Dompet Dhuafa/uyang)