BANTEN — “Awalnya, banyak sekali omongan yang menyebut saya korupsi. Mereka mengira saya membuat kebijakan untuk memotong dana bantuan, buat memperkaya diri sendiri. Padahal potongan itu untuk modal awal menjalankan koperasi ini,” ungkap Wasti (47), salah satu penerima manfaat program ekonomi Pemberdayaan Kerang Hijau Ikhtiar Swadaya Mitra (ISM) Dompet Dhuafa, di Banten.
Wanita sejatinya tak hanya sebatas konco wingking atau kawan yang identik dengan dapur. Kini banyak sosok pejuang-pejuang masa kini dari kaum ibu yang hadir menyemai kebaikan untuk memberdayakan dan mengangkat harkat sesama. Seperti halnya Wasti, dari yang awalnya disangka korupsi, tapi kini dapat mengangkat perekonomian masyarakat melalui koperasi.
Ya, di provinsi bagian ujung barat Pulau Jawa, Wasti berjuang memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat di kampungnya, yaitu di Rujak Beling, Margaluyu, Kasemen, Serang, Banten. Mayoritas penduduk di kampung Wasti adalah nelayan kerang. Dahulu masyarakat hanya mengandalkan panen kerang musiman saja. Namun, semenjak adanya koperasi ISM Sinar Abadi yang dirintis Wasti dan beberapa warga lainnya, kini masyarakat dapat meningkatkan pendapatannya. Melalui teknik dan sistem tanam bergilir yang diajarkan pendamping ISM dari Dompet Dhuafa, menjadaikan para nelayan dapat panen Kerang Hijau setiap hari.
“Awalnya, banyak sekali omongan yang menyebut saya korupsi. Mereka mengira saya membuat kebijakan untuk memotong dana bantuan, buat memperkaya diri sendiri. Padahal potongan bantuan itu, untuk modal awal menjalankan koperasi ini. Namun setelah mengetahui hasilnya, saat ini banyak yang ingin menjadi anggota koperasi. Ya perjuangan untuk kemakmuran masyarakat tak selamanya mulus-mulus saja,” tutur Wasti, di sela aktifitas mengupas kerang hasil panenan.
Secara resmi bergulir pada 2014, program Pemberdayaan Masyarakat Kerang Hijau Dompet Dhuafa dari koperasi ISM Sinar Abadi, terus berusaha memberdayakan masyakat dengan potensi lokal yang ada. Pengembangan, pengelolaan yang baik dan profesional, terbukti mengangkat taraf hidup dan perekonomian masyarakat di Rujak Beling. Tentu kehadiran koperasi yang digawangi Wasti, menjadi salah satu wadah bagi terciptanya pengelolaan yang baik.
Dahulu para penerima manfaat yang rata-rata perempuan ini, hanya bermain peran sebagai ibu rumah tangga biasa. Sehari-hari, mereka mengandalkan penghasilan suami mereka yang bekerja sebagai nelayan Kerang. Teknik memanen kerang yang dulu dipakai hanyalah teknik tak ramah lingkungan. Sehingga mempengaruhi pada produksi yang tidak menentu dan sulit diukur. Menurut penuturan Wasti, hadirnya program pendampingan dan pemberian modal oleh Dompet Dhuafa, perlahan terjadi perbaikan bagi petani kerang hijau di Rujak Beling.
Semangat pantang menyerah Wasti, kini berbuah manis. Perlahan anggota koperasi ISM Sinar Abadi mulai menikmati keberdayaannya. Secara ekonomi, mereka mulai berdikari, menjadi sosok Kartini tangguh di masa kini. Wasti bersama puluhan anggota Koperasi ISM Sinar Abadi, kali ini tak hanya membesarkan koperasi semata. Memasuki perjalanan di tahun ketiga Koperasi ISM Sinar Abadi, para anggotanya sudah mulai mengeluarkan zakat untuk memberdayakan sesama. Melalui SHU koperasi tersebut, Wasti dan ibu tangguh lainnya mulai berzakat, serta berhasil mencatatkan diri sebagai muzaki, layaknya semangat Zakat 360 derajat yang digelorakan Dompet Dhuafa kali ini. (Dompet Dhuafa/Taufan YN)