Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa: Peningkatan Mutu Program Jadi Fokus Utama

Kemiskinan masih menjadi salah satu problematika besar yang dihadapi bangsa ini. Jika dilihat, berbagai upaya program terkait penanggulangan kemiskinan telah dibuat oleh pemerintah. Namun sayangnya, beragam jenis program yang sudah digulirkan tersebut, belum mampu menahan laju kemiskinan yang masih setia mendera bangsa ini.

Sri Nurhidayah, General Manager Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa menuturkan, setiap kali ada diskursus mengenai kemiskinan, maka pendidikan selalu menjadi harapan utama bagi pengentasannya. Namun ia menuturkan seiring waktu berjalan, pendidikan tidak pernah menjadi prioritas. Syarat keberhasilan program pendidikan membuat banyak pihak menyerah. Syarat itu adalah waktu yang tidak sebentar, dana yang cukup besar, dan komitmen untuk terus konsisten menjalankan program.

“Bagi negara yang tengah mengalami keterpurukan, harapan mereka untuk maju hanya ada di pendidikan. Dan ini bukan hanya sekedar jargon semata. Ini penelitian yang longitudinal yang memang secara empiris ada buktinya,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, saat ini Indonesia tengah menghadapi dua tantangan dalam dunia pendidikan, yang pertama kualitas dan yang kedua adalah pemerataan. Terkait dengan kualitas ia menilai mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Kesenjangan sosial masih terlihat di beberapa sekolah. Pemerataan pendidikan yang belum banyak terjamah anak-anak bangsa, akhirnya menyebabkan mereka sulit untuk mendapatkan pendidikan.

“Kesulitan lainnya adalah anak-anak marginal yang sudah bersekolah mutu pendidikannya belum terjamin. Dan pada akhirnya mereka juga akhirnya tidak bisa bersaing,” terangnya.

Melihat kondisi tersebut, ia menuturkan, di usia yang lebih dari 20 tahun ini, Dompet Dhuafa berupaya keras memastikan harapan masyarakat agar kualitas pendidikan di negeri ini semakin membaik. Melalui program-program yang berkesinambungan bagi murid baik siswa hingga mahasiswa, guru, tata kelola sekolah, dan riset bidang pendidikan, semuanya bersinergi dengan masyarakat, Dompet Dhuafa berusaha membangkitkan kembali semangat anak-anak yang nasibnya mengalami keterbatasan ekonomi. Namun pada dasarnya memiliki potensi dan semangat besar, untuk menuntut ilmu setinggi mungkin.

Lebih lanjut Sri menuturkan, langkah Dompet Dhuafa diterapkan dalam banyak program di ranah pendidikan, mulai dari mendirikan sekolah bebas biaya, pelatihan keterampilan, beasiswa mahasiswa, program pengembangan kualitas guru, hingga sekolah kewirausahaan.

Divisi pendidikan Dompet Dhuafa pada periode Januari hingga Oktober 2014 telah mencatat jumlah penerima manfaat jejaring program pendidikan sebanyak 52.874 orang, yang tersebar di beberapa jejaring pendidikan Dompet Dhuafa seperti, SMART Ekselensia Indonesia, Beastudi Indonesia, Sekolah Al Syukro, Institut Kemandirian (IK), Makmal Pendidikan, Sekolah Guru Indonesia (SGI), Sekolah Semen Cibinong (SSC), Sekolah Tinggi Umar Usman.

“Hari ini dan seterusnya kita melihat, bahwa program-program pendidikan yang telah direalisasikan Dompet Dhuafa merupakan wujud nyata untuk membantu kebangkitan pendidikan di Indonesia,” terangnya.

Menurut Sri, Hadirnya sekolah bebas biaya Smart Ekselensia Indonesia, Sekolah Guru Indonesia, Institut Kemandirian, Beastudi Indonesia, dan program pemberdayaan pendidikan lainnya yang dijalankan Dompet Dhuafa ini bukan sebagai model pendidikan yang ditawarkan, namun sebagai upaya terbaik untuk menunjang kualitas pendidikan di Indonesia.

“Kita nggak mau ngomong itu sebagai model, yang mau kita sampaikan adalah kita berbuat yang terbaik, dan masyarakat boleh melihat itu,” ujarnya.

Banyak yang sudah diraih namun banyak pula yang harus terus ditingkatkan kualitasnya. Membaca program pendidikan Dompet Dhuafa berarti saatnya bersama-sama secara sistemik dan sistematis, memastikan terwujudnya amanah masyarakat. Para donatur Dompet Dhuafa dan para penerima manfaat.

“Di Tahun 2015, fokus divisi pendidikan ada pada peningkatan mutu program dan tata kelola kelembagaan berbasis riset dan pengembangan, transformasi nilai-nilai kepemimpinan kepada penerima manfaat disertai sinergi publik yang lebih besar melalui jaringan kerelawanan,” pungkasnya. (uyang)