Dompet Dhuafa dan WALHI Gemakan Suara Peduli Lingkungan Hidup di Banten

Dompet Dhuafa gemakan peduli lingkungan hidup di Tangerang

BANTEN — Terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik, negara kepulauan Indonesia berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).

Pun Banten menjadi salah satu wilayah yang rawan akan bencana gempa bumi dan tsunami, lantaran lokasinya yang dekat dengan perairan laut.

Meski memiliki banyak keindahan alam yang membelalakkan mata, wilayah pesisir seringkali luput dari perhatian khalayak akan rawannya bencana. Oleh itu, melalui unit kebencanaan Disaster Management Center (DMC), Dompet Dhuafa terus tak bosan mengangkat isu bencana dan lingkungan. Salah satunya yaitu bagi wilayah Banten.

Dalam menyuarakan isu bencana dan lingkungan ini, Dompet Dhuafa mengemasnya melalui berbagai hal. Pada momen Car Free Day di Kota Serang, Banten, Ahad (2/6/2024), Dompet Dhuafa Banten bersama DMC dan Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Banten menggelar sebuah aksi peduli lingkungan. Momen ini bertepatan dengan gelaran Pekan Rakyat Lingkungan Hidup di Banten pada 2-5 Juni 2024 oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).

Baca juga: Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, DMC Dompet Dhuafa Gelar Aksi Cinta Lingkungan Hidup di Situ Bungur

Dompet Dhuafa bersama WALHI gemakan peduli lingkungan hidup di Banten
Aksi suarakan peduli lingkungan pada Pekan Rakyat Lingkungan Hidup di dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup.
Dompet Dhuafa bersama WALHI gemakan peduli lingkungan hidup di Banten
Salah satu alat peraga kampanye, yaitu gergaji mesin yang kerap menjadi alat pemotong pohon-pohon besar di hutan.

Aksi ini menjadi salah satu rangkaian kegiatan dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup yang ditetapkan pada setiap tanggal 5 Juni.

Ahmad Baihaki selaku Manager Kesiapsiagaan dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim DMC Dompet Dhuafa mengatakan, Dompet Dhuafa menyambut baik ajakan kolaborasi Pekan Rakyat Lingkungan Hidup yang digagas WALHI. Tentu Dompet Dhuafa dan WALHI memiliki visi yang sama, yaitu untuk menjaga alam dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.

“DMC sendiri menilik betapa pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana di sekitarnya. Bahwa edukasi dan simulasi harus menyasar masyarakat, sehingga mampu menekan risiko dampak bencana di sekitarnya,” ucap Ahmad.

Di samping itu, saat ini DMC Dompet Dhuafa sedang mengupayakan kampanye melestarikan wilayah pesisir dengan menekankan budi daya penanaman mangrove.

Baca juga: Persembahan Untuk Bumi Pertiwi, DDV Sumbar Peringati Hari Lingkungan Hidup dan Hari Sejuta Pohon Sedunia

Salah satu dari rangkaian aksi adalah long march dengan mengenakan alat-alat peraga kampanye tentang lingkungan.
Aksi peduli lingkungan diikuti oleh berbagai komunitas pegiat lingkungan.

Kepala Divisi Pelibatan Publik Eksekutif Nasional WALHI, Adam Kurniawan mengatakan, alasan dilaksanakan aksi di Banten, yaitu karena WALHI ingin menunjukkan bahwa konsolidasi rakyat masih kuat. Sebanyak 29 provinsi akan berkumpul di tempat ini untuk melawan semua kebijakan ekstraktivisme yang menyengsarakan rakyat.

“(Akibat pengelolaan yang buruk) Alhasil yang dipanen adalah bencana yang menyengsarakan rakyat. Sehingga kita perlu melakukan perlawanan pada kebijakan ekstraktif,” tegasnya.

Rangkaian kegiatan Pekan Rakyat Lingkungan Hidup dimulai dengan menggelar kampanye di lokasi Car Free Day, di kota Serang. Kampanye di lokasi di lokasi Car Free Day sebagai sebuah upaya untuk menyampaikan pesan kepada publik bahwa Indonesia darurat bencana. Aksi kampanye ini melibatkan perwakilan dari WALHI, Pena Masyarakat, Dompet Dhuafa dan sejumlah komunitas.

Beberapa komunitas yang turut menyuarakan aksi ini di antaranya adalah KMPLHK RANITA UIN Jakarta, KMS 30, IPNU Kab. Serang, Mahasiswa UNTIRTA, Mahasiswa UIN Banten, Mahasiswa UPG, hingga individu-individu pegiat lingkungan.

Aksi peduli lingkungan diikuti oleh berbagai komunitas pegiat lingkungan.

Berbagai data menyebutkan, persoalan lingkungan di Banten meliputi banjir setiap musim hujan, tambang pasir laut, dan masalah sampah yang tak kunjung teratasi. Sementara itu, pertumbuhan populasi dan urbanisasi meningkatkan volume sampah, bahkan tempat pembuangan akhir di Banten sudah melebihi kapasitas.

Pengelolaan sampah pun begitu buruk hingga menyebabkan pencemaran tanah dan air serta masalah kesehatan bagi penduduk sekitar. Sungai-sungai seperti Ciujung dan Cisadane tercemar oleh limbah industri, dan limbah beracun dari industri di Tangerang serta Cilegon mengancam sumber daya air.

Pencemaran dari limbah industri dan rumah tangga itu akhirnya merusak kualitas air laut dan kesehatan biota laut, termasuk kerusakan terumbu karang serta ekosistem laut (Utamanya Kerusakan Mangrove). Tidak hanya itu, aktivitas pertambangan pasir di Serang dan Lebak menyebabkan erosi, sedimentasi, dan hilangnya habitat.

Dari segi pembangunan infrastruktur seperti jalan tol dan perumahan, seringkali mengabaikan aspek lingkungan, menyebabkan perubahan tata guna lahan dan kerusakan ekosistem alami. (Dompet Dhuafa/DMC)

Teks: Arifian Fajar Putera, Riza Muthohar
Foto: Arifian Fajar Putera
Penyunting: Dhika Prabowo