PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT — Gerakan wakaf saat ini mulai banyak digandrungi banyak kalangan tidak terkecuali kawula muda. Hal ini pun menjadi berdampak positif pada optimalisasi potensi penghimpunan wakaf sebagai salah satu metode penguatan sektor ekonomi keumatan.
Senada dengan hal tersebut, Dompet Dhuafa saat ini tengah gencar untuk mendorong keterlibatan kalangan muda untuk mulai berani berwakaf dengan memberikan edukasi secara masif. Seperti yang dilakukan pada Jum’at (25/2/2022), Dompet Dhuafa menggelar kegiatan Seminar Wakaf Goes To Campus (WGTC) di salah satu kampus kenamaan di Kalimantan Barat yaitu IAIN Pontianak.
Kegiatan ini digelar agar mahasiswa dan pemuda lainnya paham tentang wakaf menimbulkan kesadaran untuk mulai berani berwakaf tanpa terpaku dalam jumlah nominal yang diwakafkan. Selain itu, kegiatan ini ingin memberikan edukasi secara menyeluruh tentang wakaf secara mendalam agar mampu menemukan esensi sesungguhnya dari berwakaf itu sendiri.
“Kita yang merupakan pelaku harus mengetahui seperti apa sejarah dan hukum tentang wakaf itu sendiri, sehingga kita tidak berjalan tanpa pedoman yang jelas dan pasti. Oleh karenanya perlu bagi kita untuk paham bagaimana berwakaf sesuai dengan syariat Islam dan bisa menemukan titik hukumnya dengan beberapa fenomena yang ada saat ini dalam konteks wakaf sendiri,” jelas Miskasi, LC., M.Hi. selaku Dosen IAIN Pontianak.
Seminar bertajuk ‘Peran Gen-Z dalam Mengoptimalkan Potensi Penghimpunan Dana Wakaf Sebagai Sara Penguatan Ekonomi Umat’ yang dilakukan secara hibrid ini sejatinya akan bermuara pada transformasi edukasi tentang wakaf dan meningkatkan kuantitas wakif. Bidang VIII Economic & Social Development KA FoSSEI yang dalam kesempatan tersebut dihadiri oleh Awaludin Razab bahkan memberikan beberapa rekomendasi untuk mendorong literasi wakaf yang masif di ruang lingkup perguruan tinggi.
“Wakaf bersifat sustainable, berorientasi jangka Panjang (tahsiniyyat), dan jumlahnya signifikan sehingga terdapat beberapa rekomendasi bagi KSEI yang ruang lingkupnya dalam kampus untuk Mendorong literasi wakaf yang masif dan intensif, mendorong anggota KSEI untuk memiliki Knowledge, Attitude, dan Skill yang mendukung dalam pengembangan wakaf., serta mendorong Perguruan Tinggi dan lembaga-lembaga pendidikan untuk mulai menginisiasi dan merintis Badan Wakaf Kampus,” tutur Awaludin dalam seminar WGTC.
Dompet Dhuafa yang memiliki segudang pengalaman sebagai nazhir terpercaya ingin membuka mata para kaum milenial tentang betapa besarnya dampak dari gerakan wakaf. Kesadaran akan mudahnya melakukan wakaf mampu mendorong generasi muda untuk berani berwakaf semudah kegiatan mereka sehari-hari contohnya membeli secangkir kopi.
“Banyak hal besar yang terwujud kan akibat dari wakaf dengan beragamnya aspek yang telah dihasilkan. Bukan berarti hal tersebut ada akibat dari para wakif yang mewakafkan hartanya dalam jumlah yang begitu besar. Melainkan kita kaum milenial atau generasi Z bisa turut berpartisipasi dalam hal besar tadi dengan mulai membiasakan berwakaf sejak dini, bahkan semudah nongkrong di tempat ngopi,” Sulistiqomah selaku Manager of Corporate Partnership Dompet Dhuafa. (Dompet Dhuafa / Arlen)