Dompet Dhuafa Kenalkan Produk Pemberdayaan Melalui Pameran

JAKARTA-Sekumpulan orang beragam usia memadati booth yang berada acara Gelar Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Budaya (GPMB). Namun ada yang manarik, pengunjung mengerumuni booth Dompet Dhuafa yang ada di ujung koridor Hall B Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Minggu (2/8). Tak hanya melihat produk hasil pemberdayaan saja, tetapi sebagian  pengunjung menantikan sepiring pecel untuk santap siang yang tersaji cuma-cuma.

Berbagai hasil pertanian, peternakan, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) seperti beras merah, kopi, dan gula semut buah pemberdayaan masyarakat terpajang rapi di rak-rak. Beberapa pria berpakaian serba hitam dan berikat kepala menyambut ramah pengunjung dan menejelaskan tentang produk-produk yang dipajang.

Begitulah suasana booth Lembaga Kemanusiaan Dompet Dhuafa di acara Gelar Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Budaya (GPMB) Expo & Awards di Hall B Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta. Acara yang bertema Gerakan Desa untuk Masyarakat yang Lebih Berdaya, Berkarakter dan Berbudaya Menuju Indonesia Hebat tersebut, digelar pada 31 Juli hingga 2 Agustus 2015.

Selain booth, dalam acara tersebut Dompet Dhuafa turut menyajikan pertunjukan silat Jampang dan musik trashic/musik dimana alat musiknya terbuat dari barang bekas. Para musisi trashic tersebut dibina oleh Dompet Dhuafa di kawasan Zona Madina, Parung, Bogor.

Dimas Muttaqien, staf social develompment Dompet Dhuafa, menjelaskan keikutsertaan dalam acara ini untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas terkait dengan produk hasil binaan dan pemberdayaan masyarakat dari Yayasan Dompet Dhuafa.

“Salah satunya kita mengangkat silat jampang, karena ingin mengangkat bagaimana Dompet Dhuafa pun berperan dalam memelihara ataupun melestarikan kebudayaan lokal. Salah satunya dengan silat Jampang. Makanya tadi kita memperkenalkan dan menampilkan silat tersebut di acara ini. Jadi Dompet Dhuafa tidak hanya urusannya dengan kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan social development, tapi juga berperan dalam menjaga, serta melestarikan kearifan budaya lokal,” tutur Dimas.

Untuk booth sendiri sengaja dipilih konsep warung. Alasannya dengan konsep warung Dompet Dhuafa semakin dekat dengan pengunjung. Sehingga pengunjung lebih leluasa dalam meng-eksplore peran serta produk-produk hasil binaan lembaga zakat dan kemanusiaan yang telah 22 tahun memberdayakan masyarakat dhuafa ini.

Ipung, salah satung pengunjung mengungkapkan bahwa booth Dompet Dhaufa ini menggambarkan sebuah pemberdayaan yang mencakup semua lini. “Saya lihat programnya sampai menyentuh grass root. Program-program yang menjadi leading sektor harus dikembangkan di Indonesia dengan potensi luar biasa untuk dikembangkan,” ucap Ipung.

Tidak hanya beras, di boothini juga ada makanan ringan, kopi, gula semut dan produk dari kulit. Produk-produk tersebut merupakan hasil dari dana zakat yang dikelola oleh Dompet Dhuafa untuk memberdayakan masyarakat dhuafa di tanah air.

Semoga dengan kehadiran Dompet Dhuafa, masyarakat semakin aware dengan sesama untuk mengangkat harkat martabat manusia.Dompet Dhaufa sendiri memberdayakan orang yang dulunya miskin. Setelah berdaya, diharapkan mereka dapat memberdaya orang-orang di sekelilingnya. Semoga masyarakat semakin ingin ikut serta dalam mengentaskan kemiskinan bersama-sama. (Dompet Dhuafa/Erni)