Dompet Dhuafa Wisuda 50 Santri Binaan Lapas Tangerang Lulus Pendidikan Kader Dai

TANGERANG — Dompet Dhuafa berpandang semua orang berhak memiliki kesempatan untuk menjadi kader Dai. Dompet Dhuafa telah banyak menitis Dai-Dai di seluruh penjuru Nusantara yang berasal dari berbagai macam latar belakang. Yang menarik kali ini, Dompet Dhuafa baru saja melahirkan 50 Dai berlatar belakang narapidana. Secara efektif dengan kurikulum yang disusun secara sistematis, Dompet Dhuafa telah berhasil menggembleng 50 warga binaan Lapas Kelas 1 Tangerang selama 6 bulan dalam program Pendididikan Kader Dai (PKD).

Pada Kamis (3/2/2022), bertempat di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Tangerang di Jl. Veteran No. 2, RT 04/RW 04 Babakan, RT 05/RW 04 Babakan, Kec. Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Dompet Dhuafa menggelar acara Wisuda PKD bagi ke-50 Dai tersebut. Acara paripurna tersebut dihadiri oleh lembaga-lembaga lain yang juga terlibat dalam proses pendidikan selama 6 bulan tersbut. Di antaranya adalah Kanwil Kemenkumham RI Banten, Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham RI Banten, Komisi Dakwah MUI Pusat, Ketua MUI Kota Tangerang, Kepala Kemenag Kota Tangerang, Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama Kota Tangerang, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Tangerang, dan Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Tangerang.

Program PKD ini menjadi pembinaan kepribadian yang diarahkan pada pembinaan mental dan watak agar warga binaan pemasyarakatan menjadi manusia seutuhnya, bertakwa, dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Pembinaan ini meliputi kesadaran beragama, yakni dengan cara membimbing warga binaan pemasyarakatan untuk belajar agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Hadirnya PKD adalah hasil kerjasama apik antara Dompet Dhuafa dan Ditjenpas Kemenkumham RI untuk mencetak Dai yang muncul dari lapas yang bertakwa, berilmu, dan berakhlaul karimah sehingga menjadi tauladan bagi umat.

Direktur Dakwah, Budaya & Pelayanan Masyarakat Dompet Dhuafa, Ahmad Sonhaji menyampaikan, wisuda PKD Angkatan 1 ini akan menjadi portofolio bagaimana Dompet Dhuafa melakukan sinergi dengan berbagai pihak untuk menciptakan dakwah Islam yang rahmatan lil alamin. Selanjutnya, PKD akan mulai diselenggarakan di lapas-lapas lainnya.

“Kegiatan ini insha Allah akan terus kami lanjutkan di lapas-lapas yang lain. Yang terdekat ini untuk tahap berikutnya kami akan menggelar di Lapas Gunung Sindur. Harapannya ini akan menjadi sebuah model portofolio bagaimana Dompet Dhuafa dengan kegiatan dakwahnya melakukan sinergi dengan berbagai macam pihak,” ujarnya.

Ia kemudian menjelaskan dalam sambutannya, materi-materi yang didapatkan oleh para santri warga binaan pemasyarakatan selama 6 bulan menjadi materi yang sangat berharga baik selama berada dalam lapas maupun saat kembali kepada masyarakat. Mereka nantinya diharapkan mampu menunjukkan dedikasi yang membangun sehingga apa yang didapatkan memberikan manfaat dan mashlahat bagi bangsa dan negara.

Selanjutnya Asep Sutandar selaku Kepala Lapas Kelas I Tangerang, dalam sambutannya menyampaikan, program PKD ini dapat menjadi wasilah dalam melaksanakan tugas dan fungsi pemasyarakatan secara inovatif dan mewujudkan pemasyarakatan yang lebih baik. Menurutnya, pemasyarakatan memiliki tugas yang sangat mulia yaitu sebagai muara untuk membina warga binaan pemasyarakatn agar mampu menyadari kesalahan dan menyesali perbuatan yang pernah dilakukan yang pada akhirnya tidak akan mengulangi perbuatan bahkan menjadi pelopor dalam kebaikan. Sehingga saat kembali ke masyarakat, mereka menjadi manusia yang bertanggung jawab baik pada diri sendiri maupun kepada orang lain.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Dompet Dhuafa yang telah bersedia mendedikasikan sumber dayanya membantu membangun pemasyarakatan melalui program pengkaderan Dai yang sangat baik.

“Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada inisiator program ini yaitu Yayasan Dompet Dhuafa atas dukungan moril dan materiil sehingga program ini berhasil terlaksana dengan lancar. dengan adanya program ini, pembinaan warga pemasyarakatan dapat lebih optimal dan sesuai dengan harapan kita bersama,” lanjutnya.

Kepala Kanwil Kemenkum HAM Banten, Tejo Harwanto juga turut memberikan sambutan. Ia berharap program ini dapat terus berlanjut dan berkembang. Bahkan, menurutnya, program seperti ini dapat dikembangkan tidak hanya warga binaan saja yang menjadi targetnya, melainkan juga para petugas lapas.

“Saya mengharapkan nanti kita tidak hanya mengadakan program ini untuk warga binaan saja melainkan juga untuk para petugas lapas. Sehingga ketika program selama 6 bulan itu selesai, kegiatan-kegiatannya masih bisa terus dilanjutkan oleh para petugas lapas,” ucapnya.

Menurut Dodot Adikoeswanto, Direktur Teknologi Informasi dan Kerjasama Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI, sejatinya tujuan pemasyarakatan adalah untuk memulihkan hubungan hidup, kehidupan, dan penghidupan warga binaan lapas. Di mana hidup itu diartikan sebagai hubungan antara warga binaan dengan Tuhannya. Sedangkan kehidupan adalah ihwal mengenai hubungan antar sesama masyarakat atau hubungan sosial. Selanjutnya penghidupan diartikan sebagai hubungan anatar warga binaan dengan bagaimana kemudian dia bisa mendapatkan mata pencaharian. Tindak pidana sejatinya terjadi tidak terlepas dari adanya keretakan hubungan hidup antara nara pidana dengan Tuhan.

Dodot yang saat itu hadir mewakili Dirjenpas Kemenkum HAM RI menyampaikan bahwa Pak Reynhard Silitonga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Dompet Dhuafa dan Lapas Kelas 1 Tangerang yang telah berupaya penuh menyelenggarakan program ini untuk membantu warga binaan lapas kembali memulihkan hubungan hidup, Kkhidupan, dan penghidupan warga binaan pemasyarakatan.

Kesan salah satu peserta atau santri datang dari Alfiansyah. Ia menyampaikan, “Kami mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya Pendidikan Kaderisasi Dai di Lapas kelas 1 Tangerang ini. Besar harapan kami adalah kami menjadi kader-kader Dai yang akan berguna bagi masyarakat luas terutama khususnya bagi keluarga kami ketika nanti kami kembali pulang. Mudah-mudahan program seperti ini terus berjalan dan dilaksanakan di lapas-lapas lainnya yang ada di Indonesia”.

Layaknya wisuda pada umumnya, prosesi wisuda PKD dilakukan dengan memanggil satu-persatu peserta menuju panggung untuk disematkan tanda kelulusan. Dalam hal ini simbol yang menjadi tanda kelulusan adalah dengan menyematkan sorban sebagai simbol seorang Dai. Selain itu juga masing-masing peserta wisuda mendapatkan sertifikat bukti kelulusan.

Usai penyematan, beberapa peserta wisuda dipanggil kembali ke atas panggung untuk mendapatkan penghargaan lainnya, yaitu penghargaan sebagai pemenang beberapa perlombaan yang diadakan selama masa pendidikan. Tidak hanya itu, dalam rangkaian acara wisuda kali ini, disisipkan peluncuran buku Khotbah Jumat yang merupakan buku kumpulan teks khotbah Jumat yang ditulis oleh masing-masing peserta. (Dompet Dhuafa / Muthohar)